Menurut International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem (ICD-10), ID adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau aspek yang tidak lengkap, terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif, motorik dan sosial dan bahasa (PPDGJ, 2001).
Menurut Kaplan & Sadock (2010), ID adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang di bawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum individu berusia 18 tahun.Anak dengan ID memiliki IQ rendah yang kurang dari 70 kesulitan atau tidak mampu belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Depkes, 2005).
Berdasarkan paparan definisi diatas, ID adalah suatu kondisi dimana individu memiliki IQ yang kurang dari 70 dan mengalami masalah selama masa perkembangannya sehingga menyebabkan individu mengalami masalah bukan hanya pada kognitifnya saja, melainkan juga pada motorik, bahasa & sosial.
- Tanda Dan Gejala
Intellectual disability diasebabkan karena adanya faktor genetik dan psikososial (APA, 2013). Gangguan kromosom dan metabolik, down syndrome, sindrome X rapuh, dan fenilketonuria adalah gangguan yang terjadi karena adanya kelainan dari faktor genetik dan kelainan tersebut dapat menyebabkan ID sedang.
Menuurut Kaplan & Sadock (2010) faktor lain yang dapat menyebabkan intellectual disability antara lain : faktor prenatal, faktor perinatal, dan faktor lingkungan sosiokultural.
- Faktor Prenatal
Kerusakan janin dan intellectual disability karena adanya infeksi maternal selama kehamilan terutama infeksi virus. Infeksi maternal ini disebabkan oleh diabetes yang tidak terkendali, anemia, fisema, hipertensi, dan pemakaian jangka panjang alkohol dan zat narkotik. Sejumlah penyakit tersebut laporkan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat janin dan kondisi tersebut memiliki resiko tinggi untuk intellectual disability.
- Faktor perinatal
Bayi prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan neurologis dan intelektual yang bermanifestasi selama tahun-tahun disekolahnya. Derajat gangguan perkembangan saraf biasanya
berhubungan dengan beratnya perdarahan intakranial, hal ini dapat menyebabkan kelainan kognitif. Intervensi dini dapat memperbaiki kemampuan kognitf, bahasa, dan perseptual.
- Faktor Lingkungan dan Sosiokultural
Intellectual disability ringan secara bermakna menonjol di antara orang yang mengalami gangguan kultural, kelompok sosioekonomi rendah, dan banyak sanak saudara yang terkena ID dengan derajat yang mirip. Tidak ada penyebab biologis yang telah dikenali pada kasus ini. Gangguan mental parental yang parah dapat menggangu pengasuh dan stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan mereka, dengan menempatkan anak pada resiko perkembangan.
- Fine Motor
Keterampilan fine motor adalah koordinasi gerakan otot-otot kecil yang terjadi pada bagian tubuh seperti jari-jari, biasanya berkoordinasi dengan mata. Jika ini diterapkan pada teori bakat manusia, ini disebut ketangkasan manual dan tingginya tingkat ketangkasan manual dapat dikaitkan dengan tugas-tugas manual yang dikendalikan oleh saraf (Brynie, 2009).
Keterampilan fine motor merupakan kemampuan kita dalam menggunakan jari-jari, tangan, dan lengan, termasuk kemampuan yang digunakan untuk mencapai, menggenggam, manipulasi objek, dan menggunakan alat berbeda, seperti krayon dan gunting (Klein, 1987).
Menurut Dini dan Sari (1996) yang ditulis oleh Wijil (2012), keterampilan fine motor adalah keterampilan yang memerlukan kontrol dari otot-otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan. Pada umunya, keterampilan fine motor sering membutuhkaan kecermatan koordinasi mata dan tangan.
Menurut Santrock (1995), keterampilan fine motor anak berkembang secara bertahap sesuai dengan usia anak. Keterampilan fine motor anak dapat diamati ketika usia anak 3 tahun, walaupun anak mampu memegang benda-benda kecil diantara ibu jari dan jari telunjuk, tetapi anak masih merasa belum terbiasa atau masih kikuk. Pada usia ini anak dapat membangun menara tinggi secara hati-hati walaupun susunan balok tidak lurus dan benar, bermain puzzle bergambar walaupun anak akan kasar dalam menempatkan potongan puzzle bahkan anak jika anak melihat tempat potongan puzzle yang sama anak akan menempatkan secara asal dan terkadang anak juga akan memaksakan menempatkan potongan puzzle tersebut agar dapat masuk ke dalam lubang secara kasar.
Pada usia 4 tahun, keterampilan fine motormulai meningkat dan menjadi lebih tepat. Pada usia ini, anak mampu menyusun balok tinggi-tinggi secara sempurna dan terkadang anak merasa tidak puas dengan susunan balok yang telah disusun. Pada usia 5 tahun, mulai ada koordinasi antara tangan, lengan, gerak tubuh yang baik. Anak tidak tertarik lagi dengan menyusun balok, anak akan mulai membangun rumah atau gereja lengkap dengan menaranya.
Pada usia 6 tahun, anak mulai bisa memukul, meninju, mengikat tali sepatu, dan mengancingkan baju. Ketika usia 7 tahun, anak mulai menyukai pensil dari pada krayon saat melukis dan jarang menulis huruf-huruf terbalik dan tulisannya juga semakin kecil.
Sampai anak berusia 8 sampai 10 tahun , keterampilan fine motor anak mulai berkembang secara tepat dan dapat digunakan dengan mudah. Anak mulai menulis bukan hanya menulis huruf satu per satu dan tulisannya menjadi lebih kecil dan rata. Ketika usia anak 10 tahun hingga 12 tahun, anak mulai memperlihatkan keterampilan- keterampilan maipulatif menyerupai kemampuan orang dewasa. Anak mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat saat mengerjakan kerajinan atau memainkan alat musik.
Keterampilan fine motor memiliki fungsi untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi tangan serta ketepatan dan kecermatan matan yang tinggi, seperti : menggunting, melukis, menjahit, dan mengancinkan baju (Dini &Sari, 1996).
Menurut Saputra, Suyanto & Rudianto (2005), ditulis kembali oleh Wijil (2012), keterampilan fine motor juga berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh, seperti : melipat, menggunting, menulis, merangkai, dan menali sepatu. Keterampilan ini juga digunakan sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi mata dan tangan dengan gerakan mata digunakan sebagai alat untuk penguasaan pada emosi.
Keterampilan fine motor kebanyakan digunakan untuk aktivitas self-help sklils, seperti : makan, berpakaian dan grooming. Pada aktivitas disekolah, anak menggunakan keterampilan fine motor untuk kegiatan menulis, menggunakan komputer, kesenian dan kerajinan tangan. Keterapilan fine motor dapat dilihat ketika anak melakukan aktivitas fungsionalnya akan sangat membantu dalam menentukan bagaimana fine motor dapat memberikan pengaruh yang kuat pada kemampuan anak dalam mencapai keberhasilannya melakukan aktivtas yang dia butuhkan (Mulligan, 2003).
- Aktivitas Menggunting
Menurut Sumantri (2005) yang ditulis kembali oleh Indriyani (2014), menggunting adalah kegiatan memotong berbagi macam kertas atau bahan-bahan yang lain menjadi beberapa bagian sesuai dengan alur, garis, bentuk-bentuk tertentu. Aktivitas menggunting membutuhkan keterampilan untuk menggerakan otot-otot tangan dan jari-jari untuk berkoordinasi dalam menggunting yang berpola, menggunting dan melipat untuk membentuk gambar, membentuk pola dan bentuk yang lainnya.
Menurut klein (1987), prasyarat kemampuan menggunting meliputi keseimbangan, stabilitas bahu, kontrol lengan, stabilitas pergelangan tangan, graps, finger isolation, release, lead assist two hand usage, koordinasi gerakan lengan, tangan dan mata, dan persiapan perkembangan.
- Keseimbangan
Anak harus mampu duduk dalam postur tegak dengan kaki ditempatkan dengan kuat pada lantai atau di bangku atau sandaran kaki, sehingga anak merasa nyaman dan tidak takut jatuh.
- Stabilitas bahu
Kemampuan untuk stabilitasi dan mengontrol gerakan bahu untuk menyangga lengan, tangan, dan gerakan jari ketika menggunting karena anak harus mampu mengontrol kedua lengannya, sehingga anak dapat melakukan tindakan yang terpisah tanpa kehilangan presisi.
- Stabilitas pergelangan tangan
Aktivitas menggunting dibutuhkan kemampuan stabilitas pergelangan tangan dengan stabil karena anak harus mampu memegang dengan terkontrol dalam menggerakkan gunting. Apabila menggunakan dua tangan untuk menggunting, masing-masing pergelangan tangan akan bergerak secara terpisah dimana satu tangan memegang kertas dan tangan lainnya memegang gunting.
- Graps
Diperlukan kemampuan untuk menutup dangan dalam gerakan menggunting. satu tangan harus memegang kertas menggunakan ibu jari atau sisi radial tangan. Sisi lain harus dapat menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah untuk mengontrol gunting sementara sisi lain dari tangan yang stabil.
- Finger isolation
Kemampuan untuk mengisolasi tindakan ibu jari, jari tengah, dan jari telunjuk memingkinkan anak untuk mengontrol pembukaan dan penutupan pisau gunting.
- Release
Kemampuan untuk melepaskan objek dari tangan juga penting ketika menggunting sehingga akan mendapatkan gerakan atas-bawah dalam menggunting.
- Lead assist two hand usage
Lead assist two hand usage adalah kemampuan untuk menggunakan kedua tangan bersama-sama dengan satu tangan menstabilkan sementara tangan yang lainnya mengarah pada tindakkan. Hal ini biasanya memerlukan preference untuk menstabilkan tangan (paper-holding) pada saat satu tangan memegang kertas harus aktif dan tangan yang lainnya menggerakkan gunting pada garis yang digunting.
- Koordinasi gerakan lengan, tangan, dan mata
Kemampuan untuk mengkoordinasi mata dengan bahu, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, dan jari-jari diperlukan sebelum anak belajar untuk menggunting.
- Kesiapan perkembangan
Salah satu tahap awal bisa disebut juga dengan tahap eksploratif sensorik, dimana tubuh itu sendiri adalah mainan bagi anak. moushing, reaching, grasping, menjatuhkan, memukul, dan
melemparkan akan mendominasi pada tahap ini. Secara bertahap, ketertarikkan berubah menjadi belajar dan kemudian anak-anak memasukki tahap bermain konstruktif. Anak mulai memahami bentuk, ukuran, warna, dan konsep bentuk yang menunjukkan hubungan bangian. Rentang perhatian meningkat dan anak-anak siap untuk mencoret-coret, menggambar, melakukan teka-teki, manik-manik tali, dan diperkenalkan menggunting.