FASE MERANGKAK PADA BAYI

Menyaksikan pertumbuhan dan perkembangan sang buah hati memang menjadi hal yang membahagiakan. Orangtua akan menemani anak-anak dari mula mereka dilahirkan, menggendong dan menyusuinya, mengajaknya bicara dan bercanda, hingga ia mulai bisa duduk dan merangkak dan kemudian berjalan. Nah, tahukah kamu bahwa fase merangkak ini adalah fase perkembangan bayi yang penting. 

Beberapa bayi mungkin melewatkan fase merangkak, dan langsung bisa berjalan. Melansir Cogni Kids, bayi baru belajar dari usia enam bulan, atau kebanyakan pada usia 80-10 bulan. Namun hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti permukaan lantai rumah yang licin dan dingin, atau orangtua yang terlalu protektif. Padahal orangtua harus membiarkan bayi bisa merangkak, karena ada banyak manfaat yang bisa didapatkan.

Saat bayi mulai merangkak, mereka mengalami perkembangan, seperti:

  • Keterampilan Motorik Kasar. Merangkak adalah gerakan yang melibatkan lengan, kaki, atau seluruh tubuh bayi. Keterampilan-keterampilan ini penting karena mereka melatih fisik untuk dapat berjalan, berlari, dan melompat.
  • Keterampilan Motorik Halus. Merangkak juga melibatkan penguatan otot-otot kecil di tubuh seperti tangan dan jari. Otot-otot ini juga kelak berguna untuk memahami hal-hal lain, menggerakkan mulut atau mengunyah, dan bahkan memakai pakaian.
  • Keseimbangan. Saat mulai merangkak, bayi mencapai keseimbangan tubuhnya. Ini adalah persyaratan fisik yang penting bagi bayi untuk mengumpulkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melangkah ke fase berikutnya yaitu berjalan.
  • Koordinasi Tangan, Kaki, dan Mata. Mata berguna untuk mengarahkan perhatian dan tangan untuk melaksanakan tugas. Koordinasi keduanya penting untuk bayi kelak saat belajar menulis dan menendang bola.

Cara Membantu Bayi Belajar Merangkak

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua dalam membantu bayinya belajar merangkak, yaitu:

  • Luangkan waktu untuk tummy time atau tengkurap
    Hal ini sangat penting karena posisi tengkurap dapat menguatkan seluruh otot pada tubuh bayi, terutama leher, bahu, dan kepala yang nantinya dapat membantu ia belajar merangkak.
  • Ajari bayi meraih objek atau benda yang ditempatkan di sekitarnya.
    Bisa dimulai dengan meletakkan mainan atau benda yang ia suka di tempat yang tidak jauh dari jankauannya, kemudian pancing ia untuk meraih benda tersebut. Hal ini dapat membantu perkembangan motoriknya. Namun, pastikan tidak ada benda berbahaya di sekitarnya
  • Singkirkan semua barang yang dapat berbahaya untuk bayi
    Pastikan tidak ada barang yang berpotensi membahayakan atau membuat bayi cedera, sewaktu belajar merangkak. Misalnya furnitur dan barang berbahan kaca, keras, atau berat.
  • Hindari baby walker
    Baby walker merupakan alat yang dirancang untuk memudahkan bayi berjalan. Namun, penggunaan alat ini juga berisiko besar menyebabkan bayi cedera, terutama jika tidak diawasi penuh oleh orang tua.

Merangkak merupakan salah satu proses tumbuh kembang bayi yang perlu diperhatikan orang tua. Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter atau terapis, jika bayi tampak mengalami keterlambatan atau kesulitan merangkak.

KAPAN BAYI HARUS BISA DUDUK… ?

Duduk merupakan salah satu aspek perkembangan pada anak. Perkembangan adalah aspek kualitatif anak, sedangkan pertumbuhan adalah aspek kuantitatif (misalnya, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dll).

Nah, perkembangan bukan sekadar tengkurap, duduk, atau berdiri dan berjalan, yakni perkembangan motorik kasar. Perkembangan mencakup pula motorik halus, kognitif, dan sosial – emosi. Jadi, bagaimana anak bermain, β€˜belajar’, bicara, dan bergerak, merupakan petunjuk penting perihal perkembangannya.

Umur Berapa Bayi Mulai Belajar Duduk?

Umumnya bayi akan belajar untuk duduk sendiri pada usia 4 hingga 7 bulan. Di usia ini pula bayi mulai menguasai kemampuan untuk berguling dan mengangkat kepalanya. Secara perlahan ia akan belajar untuk mengangkat pantat dan tubuhnya untuk kemudian bisa duduk. Pada awalnya ia akan terguling karena keseimbangannya belum sempurna.

Diperlukan tulang leher dan tulang punggung yang kuat agar ia bisa menopang tubuhnya tanpa terjatuh. Hal ini bisa didapat jika ia terus berlatih dengan bantuan dari Ibu. Biasanya di usia 8 bulan bayi sudah bisa duduk tanpa ditopang dengan stabil selama beberapa menit. Meski sudah bisa mahir sekalipun, tapi bayi masih bisa terjatuh saat duduk. Kemungkinan karena ia sudah lelah dan tidak ingin duduk tegak lagi.

Penyebab Keterlambatan Duduk

Ibu harus paham bahwasanya setiap anak memiliki tahap perkembangan kemampuan yang berbeda-beda. Memang sebagian besar bayi di usia 8 bulan sudah bisa duduk, tapi menurut IDAI kemampuan duduk bayi masih terbilang normal hingga ia berusia 9 sampai 12 bulan.

Ada beberapa kemungkinan bayi 8 bulan belum bisa duduk, seperti bayi kurang mendapatkan latihan, sehingga ia belum mencapai perkembangan yang seharusnya ia capai di usia tersebut. Kemungkinan lainnya adalah bayi memiliki berat badan yang berlebih. Bayi yang bertubuh besar akan kesulitan untuk menjaga keseimbangan saat belajar duduk dan cenderung akan berguling kembali.

Cara Melatih Bayi Duduk

Jika Ibu mendapat bayi 8 belum bisa duduk, Ibu bisa melatihnya dengan beberapa langkah berikut:

  • Sering berikan tummy time. Posisi tengkurap atau tummy time akan membuat bayi berlatih untuk mengangkat kepala dan dada, sehingga dapat mengembangkan kontrol kepala dan memperkuat otot leher bayi. Keduanya diperlukan untuk dapat menguasai kemampuan duduk. Seringlah membaringkan bayi dalam posisi tengkurap sejak usianya 2 bulan agar ia terbiasa. Dalam posisi ini, pancinglah ia agar membalikkan badannya menjadi telentang. Bisa dengan menggunakan mainan yang berbunyi atau cermin untuk mengecek apakah indera penglihatan dan pendengarannya berfungsi baik atau tidak.
  • Pancing dengan mainan. Jika bayi Ibu sudah menunjukkan tanda siap duduk, Ibu bisa memancingnya dengan mainan atau benda lainnya yang diletakkan agak jauh dari jangkauan tangan bayi. Tertarik dengan benda-benda tersebut, maka ia akan belajar untuk menyeimbangkan tubuh menggunakan kedua lengannya.

Kemampuan duduk merupakan kunci agar bayi dapat melanjutkan ke tahap-tahap tumbuh kembang selanjutnya. Untuk itu sangatlah penting untuk selalu memperhatikan setiap proses belajar bayi agar jika terjadi keterlambatan dapat segera ditangani. Semoga informasi mengenai bayi 8 bulan belum bisa duduk ini dapat membantu menjawab pertanyaan Ibu ya, Bu. Selamat melatih buah hati agar ia bisa segera duduk sendiri!

Pentingnya Fase Merangkak pada Anak

Merangkak merupakan proses awal di mana bayi mulai menyelaraskan keseimbangan antara tubuh dengan kedua tangan dan kakinya

Kenapa merangkak penting untuk bayi?

Merangkak menjadi salah satu perkembangan yang penting sehingga tidak bagus bila bayi melewatkan tumbuh kembang ini. Tapi kita masih sering mendengar bayi tidak melewati fase merangkak dan langsung berjalan.   Kapan bayi mulai merangkak?

Umumnya bayi mulai merangkak pada usia sekitar 7 sampai 10 bulan. Pada tahap awal, bayi belajar bagaimana cara menggerakkan kedua tangan dan kakinya untuk maju secara beriringan.  Namun tentu saja hal ini masih susah dan membingungkan buat si kecil. Maka dari itu kebanyakan dari mereka memilih untuk merayap dengan perutnya atau berguling-guling untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Tentu saja Bunda tak perlu mengkhawatirkan proses awal merangkak semacam ini. Yang terpenting adalah ia mulai cekatan dan terbiasa menggerak-gerakkan seluruh badannya.   Tahapan tumbuh kemba Menurut Porretto pada tahun 2013,

terdapat 5 tipe merangkak, yaitu the belly crawl (merangkak dengan menggunakan lengan, perut dan tungkai yang menempel di lantai) , the bear crawl (merangkak dengan menggunakan kedua tangan dan kaki, lutut dan perut tidak menempel di lantai), the crab crawl (merangkak dengan menggunakan kedua tangan, perut dan paha yang menempel di lantai tetapi kedua lutut dan kaki tidak menempel di lantai), the leapfrog crawl (merangkak dengan lengan dan tungkai memberntuk jembatan) dan the classic crawl adalah posisi merangkak dimana berat badan tubuh bertumpuan pada kedua tangan dan kedua lutut sehingga perut tidak menempel pada lantai

Merangkak melibatkan seluruh tubuh bayi. Ketika bayi merangkak, ia harus menggunakan tangan dan kaki untuk mengangkat tubuhnya menjauh dari lantai. Ketika bayi melawan gravitasi untuk bergerak, ia memperkuat otot bahu, lengan, kaki, dan tangan. Memberi beban pada tangan ketika merangkak berarti bayi mengembangkan kekuatan tangan, dan ini mempengaruhi perkembangan motorik halus. Tindakan merangkak juga berperan penting dalam membentuk kurva tulang belakang, yang penting untuk fungsi spinal ketika ia bertambah besar.Merangkak mempengaruhi perkembangan kemampuan visual

Ketika merangkak dari satu tempat ke tempat lain, bayi sering menggunakan penglihatan jarak jauh untuk melihat dan mengatur penglihatannya. Ia lalu melihat tangannya, yang membuatnya perlu menyesuaikan fokus mata. Penyesuaian ini bagus untuk melatih otot mata dan meningkatkan penglihatan binokular, yang menjadi kemampuan untuk menggunakan mata secara bersamaan. Penglihatan binokular penting untuk kemampuan membaca dan menulis nantinya.

Bahaya Baby Walker pada Anak

Pencapaian kemampuan berjalan anak berbeda-beda pada umumnya anak berjalan 12-15 bulan dan apabila anak bunda memberikan latihan menggunakan baby walker dapat mengakibatkan kelainan kaki pada anak, yaitu pada tulang paha karena saat posisi duduk di baby walker adalah duduk sambil mengangkang.

Selain itu beberapa dampak penggunaan baby walker yaitu mengganggu aktivitas motorik anak karena hanya melibatkan sebagian serabut motorik otot saja, menghambat kemampuan anak dalam menggulingkan badan, merangkak, dan merayap Padahal kemampuan tersebut merupakan tahapan bagi anak sebelum akhirnya anak bisa berdiri dan berjalan.

Pendapat inisejalan dengan perrnyataan Suryanto (2007), stimulasi dari orang tua dengan penggunaan Baby walker pada bayi juga dapat mempengaruhi perkembangan anak karena dapat menyebabkan anak tidak menggunakan otot panggulnya secara optimal, karena rangsangan baby walker hanya pada otot betis saja. Padahal untuk bisa berjalan dengan lancar dan benar, fungsi otot paha dan otot pinggul juga perlu dilatih.

Wirawan, Henny E (2009) menyebutkan bahwa keterlambatan berjalan bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kemampuan anak untuk mencoba yang rendah, bobot tubuh kurang atau berlebihan, trauma yang dialami anak saat mencaba berjalan, gangguan suatu penyakit dan stimulasi dari orang tua yang kurang tepat seperti penggunaan baby walker pada bayi.

Menurut Aditama (2007) pada anak usia 9-15 bulan merupakan awal dari kematangan organ tubuh bagian kaki. Kaki mulai dapat menahan beban tubuhnya meski keseimbangan belum dapat dicapai. Pada usia ini anak sudah dapat duduk dengan sempurna, mengubah posisi dari duduk ke tengkurap atau sebaliknya secara seimbang. Anak juga dapat merangkak dengan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Selain itu, anak sudah bisa berpegangan pada tepi sofa atau meja sebagai upaya untuk belajar berdiri. Di akhir tahun pertamanya, anak akan menunjukkan kemampuannya menggerakkan kaki dan melangkah sendiri untuk pertama kalinya.

Seharusnya yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah memberikan rangsangan sewajarnya, waktu yang tidak berlebihan dan mengikuti insting anak. Oleh karena itu sebaiknya orang tua tidak menggunakan baby walker untuk memindahkan tugas orang tua dalam melatih bayinya berjalan. Cara terbaik mengajar berjalan adalah dengan cara menatihnya dan membiarkannya belajar melangkah dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak dekat.

Mengenal Global Development Delay (GDD)

Global development delay (GDD) adanya penundaan yang signifikan pada dua/lebih domain perkembangan antara lain : personal sosial, gross motor (motorik kasar), fine motor (motorik halus), bahasa, kognitif dan aktivitas sehari-hari. Global development delay menjadi faktor utama dari sebagian besar neurodevelopmental disorder. Umumnya GDD terjadi dalam rentang usia 0 – 18 tahun. 1-3% anak di dunia rata-rata mengalami GDD dan mengakibatkan gangguan tumbuh kembang.

Evaluasi dan investigasi pada anak dengan global development delay mengungkapkan penyebab 50-70% dari kasus ini. Pada kasus ini dapat meninggalkan minoritas yang besar, jika dibandingkan dengan anak seusianya. Mulai dari terlambatnya kemampuan fungsionalnya hingga retardasi mental. Anak dengan global development delay bisa saja mengalami retardasi mental selain dari keterlambatan pada fungsionalnya, tapi tidak semua anak dengan GDD mengalaminya. Semua tergantung pada penyebab yang membuat kondisi anak mengalami keterbelakangan mental (Walters, 2010)

Apa, sih, penyebab dari GDD bisa jadi karena gangguan genetik atau kromosom seperti down syndrome. Bisa pula terjadi karena gangguan atau infeksi susunan saraf seperti cerebral palsy, sindrom Rubella atau spina bifida. Bayi yang lahir prematur, bayi berat lahir rendah, hingga yang mengalami sakit berat di awal kelahirannya dan membutuhkan perawatan intensif .tanda atau gejala yang bisa kita waspadai:

Perkembangan bahasa ekspresif

Anak yang mengalami GDD biasanya kurang memiliki kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda. Ini bisa terlihat pada usia 20 bulan. Orangtua juga harus waspada ketika setelah usia 24 bulan anak tidak mampu membuat frase yang bermakna. Dan ketika ia mencapai usia 30 bulan, orang tua masih tidak mengerti perkataan si kecil.

Perkembangan bahasa reseptif

Waspadai jika anak tidak merespon secara konsisten suara atau bunyi, misalnya tidak merespon ketika dipanggil. Di usia 20 bulan anak tidak mampu berbagi perhatian dan seringkali tidak menunjukkan ketertarikan pada orang lain. Setelah usia 30 bulan umumnya anak lebih suka mengulang atau membeo perkataan orang lain daripada membuat kalimat atau frase sendiri.

Perkembangan motorik kasar

Gerakan yang dibuat anak tidak seimbang, misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan tidak bisa selaras. Dan ketika bayi berusia lebih dari 6 bulan, refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) menetap. Umumnya juga anak memiliki gangguan refleks tubuh dan muncul gerakan yang tidak terkontrol.

Perkembangan motorik halus

Bayi yang mengalami GDD umumnya masih memiliki refleks menggenggam setelah usia 4 bulan. Dan di usia 1 tahun biasanya hanya 1 tangan yang mendominasi. Seringkali juga eksplorasi oral (memasukkan barang ke dalam mulut) masih sangat dominan setelah usia 14 bulan.

Perkembangan kognitif

Kita juga bisa mewaspadai adanya GDD ketika bayi di usia 4 bulan matanya sulit mengikuti gerak benda. Sementara ketika ia berusia 6 bulan, ia belum merespon sumber suara. Perhatikan juga ketika di usia 9 bulan bayi belum bisa babbling, dan belum dapat merangkai 3 kata di usia 36 bulan.

Perkembangan keterampilan sosial dan emosional

Gejala anak yang mengalami GDD juga bisa ditunjukkan ketika ia berusia 6 bulan jarang sekali tersenyum dan menunjukkan ekspresi senang lainnya. Ia pun jarang bersuara ketika mencapai usia 9 bulan, dan tidak merespon ketika namanya dipanggil saat mencapai usia 12 bulan. Anak yang mengalami GDD juga tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

ANAK DAN TUMBUH KEMBANG YANG MENAKJUBKAN

Menjadi orang tua merupakan pekerjaan seumur hidup yang menyenangkan, terlebih lagi apabila sang buah hati tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa kurang suatu apapun. Tetapi, terkadang tidak jarang juga diliputi oleh perasaan was-was dan khawatir apabila buah hati tidak kunjung tengkurap, duduk, berjalan padahal teman seusia anak sudah mampu melakukannya. Oleh sebab itu orang tua kini mulai menyadari dan memperkaya informasi belajar tentang tumbuh kembang pada anak.

Perkembangan pada anak dimulai sejak ia lahir. Awalnya hanya mampu gerakan kecil seperti menggerakan tangan, kaki dan kepala hingga tumbuh dan berkembang dengan menakjubkan dengan berjalannya waktu. Gerakan reflek merupakan gerak awal yang sudah ada pada anak sebelum maupun sesudah di lahirkan. Gerak reflek adalah sebuah gerakan yang terjadi tanpa disadari, meliputi reflek hisap, reflek genggam, reflek leher, rooting reflek dan lain-lain. Setelah gerakan reflek berkurang maka akan berkembang menjadi gerakan sederhana yang disebut dengan motorik kasar dan motorik halus.

Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yag melibatkan keterampilan otot-otot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan otot-otot besar bagi anak merupakan kemampuan gerak dasar. Menurut H. Yudha M tahun 2005, kemampuan gerak dasar dibagi menjadi empat kategori yaitu:

  1. Lokomotor

Kemampuan lokomotor adalah kemampuan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain, contoh gerakan antara lain adalah lompat, loncat, berjalan, berlari, skiping.

  • Nonlokomotor

Kemampuan nonlokomotor adalah gerak berpijak tetap atau dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, gerak nonlokomotor seperti menekuk, meregang, meliuk, bergoyang, mengeper, mengulur dan lain-lain.

  • Manipulatif

Kemampuan manipulatif adalah kemampuan gerak menggunakan alat sebagai obyek kemampuan gerak ini dikembangkan ketika anak sedang menguasai beberapa obyek. Contoh gerak manipulatif antara lain menendang, melempar, menangkap, memukul dll, dalam kemampuan gerak manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, akan tetapi bagian lain dari tubuh juga dpat digunakan, dan gerakan manipulatif terjadi pada tahun pertama usia anak.

  • Koordinasi

Motorik halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil, seperti menggambar,menulis, meronce manik-manik, menyulam, makan dan lain-lain. Kemampuan motorik halus berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang secara optimal. Proses perkembangan motorik anak harus melalui tahap-tahap yang sesuai dengan umur. Tahap-tahap motorik merupakan dasar kemampuan motorik selanjutnya yang lebih kompeks. Jika keterampilan motorik dasar matang , maka motorik lain yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak. Dampak apabila tahapan motorik dasar tidak terlalui, anak tidak mempunyai konsepsi motorik yang dasar, sehingga tidak bisa menyadari gerak yang seharusnya. Maka dari itu, sangat penting untuk deteksi dini tumbuh kembang pada anak.

Tumbuh kembang pada anak dapat dideteksi salah satunya menggunakan pemeriksaan DDST (Denver Developmental Screening Test). Pemeriksaan DDST ini dapat dilakukan oleh anak mulai usia 2 bulan sampai 6 tahun. Ayah dan bunda dapat melakukan pemeriksaan ini ke bidan, perawat, atau fisioterapis. Pemeriksaan yang terdapat dalam DDST meliputi Personal Sosial, Motorik Halus, Bahasa, dan Motorik Kasar.

Keuntungan dari deteksi dini tumbuh kembang pada anak yaitu apabila menemukan keterlambatan tumbuh kembang maka bunda dapat segera melakukan penanganan pada anak agar tumbuh kembang anak menjadi optimal. Fisioterapi menjadi salah satu solusi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang melalui program-programnya. Maka, bunda tidak usah ragu untuk deteksi dini anak dan mengoptimalkan tumbuh kembangnya.