Kenali Tanda dan Gejala Intelectuall Disability

Menurut International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem (ICD-10), ID adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau aspek yang tidak lengkap, terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada  semua  tingkat  inteligensia yaitu kemampuan kognitif, motorik dan sosial dan  bahasa  (PPDGJ,  2001).

Menurut Kaplan & Sadock (2010), ID adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari  fungsi  intelektual  yang  di  bawah  rata-rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif  yang  ditemukan  sebelum individu berusia 18 tahun.Anak dengan ID memiliki  IQ  rendah  yang  kurang dari 70 kesulitan atau tidak mampu belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Depkes, 2005).

Berdasarkan paparan definisi diatas,  ID  adalah  suatu  kondisi dimana individu memiliki IQ  yang  kurang  dari  70  dan  mengalami masalah  selama  masa   perkembangannya   sehingga  menyebabkan individu mengalami masalah  bukan  hanya  pada  kognitifnya  saja, melainkan juga pada motorik, bahasa & sosial.

  • Tanda Dan Gejala

Intellectual disability diasebabkan  karena  adanya  faktor  genetik  dan psikososial (APA, 2013). Gangguan  kromosom  dan  metabolik, down  syndrome,  sindrome  X  rapuh,  dan   fenilketonuria   adalah gangguan yang terjadi karena adanya kelainan dari faktor genetik dan kelainan tersebut dapat menyebabkan ID sedang.

Menuurut Kaplan & Sadock (2010) faktor lain yang dapat menyebabkan intellectual disability antara lain : faktor prenatal, faktor perinatal, dan faktor lingkungan sosiokultural.

  • Faktor Prenatal

Kerusakan janin dan intellectual disability karena adanya infeksi  maternal  selama   kehamilan   terutama   infeksi   virus. Infeksi maternal ini disebabkan oleh  diabetes  yang  tidak terkendali, anemia, fisema, hipertensi, dan pemakaian jangka panjang alkohol dan zat narkotik. Sejumlah penyakit tersebut laporkan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat janin dan kondisi tersebut memiliki resiko  tinggi  untuk  intellectual disability.

  • Faktor perinatal

Bayi prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah berada  dalam  resiko   tinggi   mengalami   gangguan   neurologis dan intelektual yang bermanifestasi selama tahun-tahun disekolahnya. Derajat  gangguan perkembangan saraf biasanya

berhubungan dengan beratnya perdarahan  intakranial,  hal  ini dapat menyebabkan kelainan kognitif. Intervensi dini dapat memperbaiki kemampuan kognitf, bahasa, dan perseptual.

  • Faktor Lingkungan dan Sosiokultural

Intellectual disability ringan secara bermakna menonjol di antara orang yang mengalami gangguan kultural, kelompok sosioekonomi rendah, dan  banyak  sanak  saudara  yang  terkena ID dengan  derajat  yang  mirip.  Tidak  ada  penyebab  biologis yang telah dikenali pada kasus ini. Gangguan mental parental yang parah dapat menggangu pengasuh dan stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan mereka, dengan menempatkan  anak pada resiko perkembangan.

  • Fine Motor

Keterampilan fine motor adalah koordinasi gerakan otot-otot kecil yang terjadi pada bagian tubuh seperti jari-jari, biasanya berkoordinasi dengan mata. Jika ini diterapkan pada teori bakat manusia, ini disebut ketangkasan manual dan tingginya tingkat ketangkasan manual dapat dikaitkan dengan tugas-tugas manual yang dikendalikan oleh  saraf (Brynie, 2009).

Keterampilan fine motor merupakan kemampuan kita dalam menggunakan jari-jari, tangan, dan lengan, termasuk kemampuan yang digunakan untuk mencapai, menggenggam, manipulasi objek, dan menggunakan alat berbeda, seperti krayon dan gunting (Klein, 1987).

Menurut Dini dan Sari (1996) yang ditulis oleh Wijil (2012), keterampilan fine motor adalah keterampilan yang memerlukan  kontrol dari  otot-otot  kecil  dari  tubuh  untuk  mencapai  tujuan  dari keterampilan. Pada umunya, keterampilan fine motor  sering membutuhkaan kecermatan koordinasi mata dan tangan.

Menurut Santrock (1995), keterampilan  fine  motor  anak berkembang  secara  bertahap  sesuai  dengan  usia  anak.  Keterampilan fine motor anak dapat diamati ketika usia anak 3 tahun, walaupun anak mampu  memegang  benda-benda  kecil  diantara  ibu  jari   dan  jari telunjuk, tetapi anak masih  merasa  belum  terbiasa  atau  masih  kikuk. Pada usia ini anak dapat membangun menara tinggi secara hati-hati walaupun susunan balok  tidak lurus dan benar, bermain  puzzle bergambar walaupun anak akan kasar dalam menempatkan potongan puzzle bahkan anak  jika  anak  melihat  tempat  potongan  puzzle  yang sama anak akan menempatkan secara asal dan terkadang anak juga akan memaksakan menempatkan potongan puzzle tersebut agar dapat masuk ke dalam lubang secara kasar.

Pada usia 4 tahun, keterampilan fine motormulai meningkat dan menjadi lebih tepat. Pada usia ini, anak  mampu  menyusun balok tinggi-tinggi secara sempurna dan terkadang anak merasa  tidak  puas dengan susunan balok yang telah disusun. Pada usia 5 tahun, mulai ada koordinasi antara tangan, lengan, gerak tubuh yang  baik.  Anak  tidak tertarik lagi dengan  menyusun balok,  anak  akan  mulai  membangun rumah atau gereja lengkap dengan menaranya.

Pada  usia  6  tahun,  anak  mulai  bisa   memukul,   meninju,   mengikat tali sepatu, dan mengancingkan baju. Ketika usia 7 tahun, anak mulai menyukai pensil dari pada krayon  saat melukis dan jarang menulis huruf-huruf terbalik dan tulisannya juga semakin kecil.

Sampai anak berusia 8 sampai 10 tahun , keterampilan fine  motor anak mulai berkembang secara tepat  dan  dapat  digunakan  dengan mudah. Anak mulai  menulis  bukan  hanya  menulis  huruf  satu  per  satu dan tulisannya menjadi lebih kecil dan rata. Ketika usia anak 10  tahun hingga  12  tahun,  anak   mulai   memperlihatkan   keterampilan- keterampilan maipulatif menyerupai kemampuan  orang  dewasa.  Anak mulai  memperlihatkan  gerakan-gerakan  yang  kompleks,  rumit,  dan cepat saat mengerjakan kerajinan atau memainkan alat musik.

Keterampilan fine  motor   memiliki   fungsi   untuk   melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi tangan serta  ketepatan dan kecermatan  matan yang  tinggi,   seperti   :   menggunting,   melukis, menjahit, dan mengancinkan baju (Dini &Sari, 1996).

Menurut Saputra, Suyanto & Rudianto (2005), ditulis kembali  oleh Wijil (2012), keterampilan fine motor juga berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh, seperti  :  melipat,  menggunting,  menulis, merangkai,  dan  menali  sepatu.  Keterampilan ini   juga   digunakan  sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi mata  dan  tangan dengan gerakan mata digunakan sebagai alat untuk  penguasaan  pada emosi.

Keterampilan fine motor kebanyakan digunakan untuk aktivitas self-help sklils, seperti : makan, berpakaian  dan grooming.  Pada aktivitas disekolah, anak menggunakan keterampilan fine motor untuk kegiatan menulis, menggunakan komputer, kesenian dan kerajinan tangan. Keterapilan fine motor dapat dilihat ketika anak  melakukan aktivitas fungsionalnya akan sangat membantu dalam  menentukan bagaimana fine motor dapat memberikan pengaruh yang kuat pada kemampuan anak dalam mencapai keberhasilannya melakukan  aktivtas yang dia butuhkan (Mulligan, 2003).

  • Aktivitas Menggunting

Menurut Sumantri (2005) yang ditulis kembali oleh Indriyani (2014), menggunting adalah kegiatan memotong berbagi macam kertas atau bahan-bahan yang lain menjadi beberapa bagian sesuai dengan alur, garis, bentuk-bentuk    tertentu.    Aktivitas    menggunting    membutuhkan keterampilan untuk menggerakan otot-otot tangan dan jari-jari untuk berkoordinasi dalam menggunting yang berpola, menggunting dan melipat untuk membentuk gambar, membentuk pola dan bentuk yang lainnya.

Menurut klein (1987), prasyarat kemampuan menggunting meliputi keseimbangan,  stabilitas   bahu,   kontrol   lengan,   stabilitas   pergelangan tangan, graps, finger isolation, release, lead assist  two hand usage, koordinasi gerakan lengan, tangan dan mata, dan persiapan perkembangan.

  • Keseimbangan

Anak harus mampu duduk dalam postur tegak dengan  kaki ditempatkan dengan kuat pada lantai atau di bangku atau sandaran kaki, sehingga anak merasa nyaman dan tidak takut jatuh.

  • Stabilitas bahu

Kemampuan untuk stabilitasi dan mengontrol gerakan bahu untuk menyangga lengan, tangan, dan gerakan  jari  ketika menggunting karena anak harus mampu mengontrol kedua  lengannya, sehingga anak dapat melakukan tindakan yang terpisah tanpa kehilangan presisi.

  • Stabilitas pergelangan tangan

Aktivitas   menggunting  dibutuhkan  kemampuan   stabilitas pergelangan tangan dengan stabil karena anak harus  mampu  memegang  dengan  terkontrol  dalam   menggerakkan   gunting.   Apabila   menggunakan dua tangan untuk menggunting, masing-masing pergelangan tangan akan bergerak secara terpisah dimana satu tangan memegang kertas dan tangan lainnya memegang gunting.

  • Graps

 Diperlukan kemampuan untuk menutup dangan dalam gerakan menggunting.  satu  tangan  harus  memegang  kertas  menggunakan  ibu  jari atau sisi radial tangan. Sisi lain harus  dapat  menggunakan  ibu  jari,  jari telunjuk dan jari tengah untuk mengontrol gunting sementara sisi lain dari tangan yang stabil.

  • Finger isolation

Kemampuan untuk mengisolasi  tindakan  ibu  jari,  jari  tengah,  dan  jari telunjuk memingkinkan anak untuk mengontrol pembukaan dan penutupan pisau gunting.

  • Release

Kemampuan untuk melepaskan  objek  dari  tangan  juga  penting ketika  menggunting  sehingga  akan  mendapatkan   gerakan  atas-bawah dalam menggunting.

  • Lead assist two hand usage

Lead assist two hand  usage  adalah  kemampuan  untuk  menggunakan  kedua  tangan  bersama-sama  dengan  satu   tangan menstabilkan  sementara tangan  yang  lainnya   mengarah   pada   tindakkan. Hal ini biasanya memerlukan preference untuk menstabilkan tangan (paper-holding) pada saat satu tangan memegang kertas harus aktif  dan tangan yang lainnya menggerakkan gunting pada garis yang digunting.

  • Koordinasi gerakan lengan, tangan, dan mata

Kemampuan untuk  mengkoordinasi  mata   dengan   bahu,   siku, lengan bawah, pergelangan tangan, dan jari-jari diperlukan sebelum anak belajar untuk menggunting.

  • Kesiapan perkembangan

Salah satu tahap awal bisa disebut juga dengan tahap eksploratif sensorik,  dimana  tubuh  itu  sendiri  adalah  mainan   bagi   anak. moushing, reaching, grasping, menjatuhkan, memukul, dan

melemparkan akan mendominasi pada tahap ini. Secara bertahap, ketertarikkan berubah menjadi belajar dan kemudian anak-anak memasukki tahap bermain konstruktif. Anak mulai memahami bentuk, ukuran, warna,  dan  konsep  bentuk  yang  menunjukkan  hubungan bangian. Rentang perhatian meningkat dan anak-anak siap untuk mencoret-coret,  menggambar,  melakukan  teka-teki,  manik-manik  tali, dan diperkenalkan menggunting.

Kenali Retardasi Mental

Definisi mental retardasi menurut The American association on Mental Retardation (AAMR) 1992 dalam buku language disorders karya Robert E. Owns.JR, mendefinisikan mental retardasi sebagai berikut; Retardasi mental yaitu : Kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal (IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; keterampilan merawat diri; ADL; keterampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dan lain-lain.

Karakteristik Mental Retardasi tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
a. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

b. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.

c. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hal dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.


d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya. Masalah – masalah yang dihadapi oleh anak mental retardasi perkembangan fungsi inteletual anak mr yang rendah dan disertai dengan perkembangan perilaku adaptif yang rendah akan berakibat langsung pada kehidupan mereka sehari hari,

Sehingga banyak mengalami kesulitan dalam hidupnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh anak MR meliputi :
a. Masalah belajar
b. Masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan,
c. Masalah gangguan bahasa dan bicara
d. Masalah kepribadaian

Tantangan Tumbuh Kembang Anak Di Era Digital

Perkembangan manusia mempunyai tiga domain utama. Pertama, perkembangan fisik yaitu perubahan terhadap ukuran, postur tubuh, penampilan, kemampuan motorik, persepsi serta kesehatan fisik. Kedua, Perkembangan Kognitif yakni perubahan dalam kemampuan intelektual seseorang yang didalamnya meliputi ingatan, pengetahuan akademis dan sehari-hari, pemecahan masalah, imajinasi, kreatifitas dan bahasa. Ketiga, perkembanganemosional dan sosial yakni perubahan seseorang dalam komunikasi emosional, pemahaman diri, pemahaman tentang orang lain, keterampilan antar pribadi, pertemanan, relasi, serta penalaran moral dan perilaku.(Laura E. Berk, 2012).

Perkembangan teknologi sekarang semakin pesat yang menjadikan semuanya serba digital, sehingga secara langsung maupun tidak langsung perkembangan teknologi dapat memengaruhi terhadap gaya hidup. Dalam kegiatan sehari-hari baik di rumah ataupun di tempat kerja dapat dipastikan semua aktifitas tidak terlepas dari penggunaan barang-barang elektronik. Penggunaan elektronik tersebut dapat mempermudah pekerjaan dan mendapatkan informasi dari luar serta mendapatkan hiburan. Melihat hal tersebut menunjukan begitu pentingya peran digital dalam kehidupan sehari-hari.

Perubahan teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digitaldimulai tahun 1980. Teknologi mengalami perkembangan mulai dari perkembangan komputer, lahirnya internet, ponsel (seluler), situs jejaring sosial. Adapun contoh perangkat digital adalah televisi, komputer, laptop, jam digital, smartphone, perangkat game permaianan genggam. Seiring berkembangnya jaman teknologi pun mengalami perkembangan mulai dari buku-buku elektronik (ebook), surat-surat elektronik (email), mesin ketik (komputer), telepon (ponsel), gramofon berkembang menjadi kaset lalu CD lalu berkembang lagi menjadi MP3,  jam analog kemudian berkembang menjadi jam digital laku berkembang llagi menjadi smartwatch (Sukiman, dkk.: 2016).

Manfaat teknologi digital dan dampak positif dari teknologi digital tidak dapat diragukan. Hidup menjadi serba mudah, serba cepat dan serba praktis. Adapun dampak negatif digital adalah bahwa perkembangan teknologi tidak hanya berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif terhadap kehidupan. Hal tersebut sangat dirasakan oleh para orang tua yang memiliki anak dan remaja. Setidaknya ada tiga dampak yang terjadi akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada anak dan remaja yang kemudian dalam kesehariannya menjadi akrab dengan gadget. Adapun dampak negatif digital (Mardiya) adalah sebagai berikut :

  1. Tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal karena anak terlalu lama duduk asyik dengan gadget.
  2. Pertumbuhan anak menjadi susah berbicara jelas karena terlalu banyak menonton film kartun atau game online yang tidak ada komunikasi verbalnya.
  3. Anak menjadi agresif.
  4. Anak menjadi kurang konsentrasi dalam belajar.
  5. Anak mengalami kecanduan untuk selalu menggunakan gadget.

Anak yang kecanduan gadget, dapat dipastikan pola makannya tidak teratur, anak hanya akan makan makanan yang disuka dan kurang tidur. Sedangkan menurut (Kemendikbud) dampak negatif dari digital adalah sebagai berikut :

  1. Kesehatan mata anak. Paparan berlebihan terhadap penggunaan telepon pintar dapat memicu penglihatan anak.
  2. Masalah tidur. Masalah tidur anak akan terjadi karena terlalu lama melihat layar digital, dan dampak isi media digital.
  3. Kesulitan konsentrasi. Penggunaan media digital memiliki efek ada keterammpilan mengubah perhatian anak sehingga dapat meningkatkan perilaku yang terlalu aktif dan kesulitan untuk konsentrasi.
  4. Menurunnya prestasi belajar. Penggunaan digital yang berlebihan dapat menurunkan prestasi belajar anak.
  5. Perkembangan fisik. Penggunaan digital dapat membatasi aktifitas fisik yang diperlukan tubuh terhadap tumbuh kembang anak.
  6. Ketidakseimbangan bobot tubuh. Hal tersebut dikarenakan anak sering menahan rasa lapar, haus, serta menahan keinginan untuk buang air besar yang mengakibatkan gangguan terhadap sistem pencernaan.
  7. Perkembangan sosial. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Serta memiliki kesulitan mengenal berbagai nuansa perasaan.
  8. Perkembangan otak dan hubungannya dengan penggunaan media digital. Penting bagi anak untuk menyeimbangkan bermain dengan perangkat digital dunia nyata.
  9. Menunda perkembangan bahasa anak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media digital dapat menunda perkembangan bahasa anak terutama anak-anak usia 2 tahun dan dibawahnya.

Yang harus dilakukan oleh para orang tua dalam mengasuh anak di era digital adalah membangun komuikasi dengan anak. Dalam situasi sesibuk apapun, diharapkan orang tua dapat berkomunikasi dengan anak baik bertemu langsung atau melalui telepon atau pesan singkat, sekedar untuk menanyakan kondisi anak. Orang tua dalam mengasuh anak di era digital harus dapat memerhatikan beberapa hal sebagai berikut :

  1. Tambah pengetahuan orang tua terhadap digital. Akan terjadi kesulitan dalam penerapan aturan penggunaan digital pada anak apabila orang tua tidak memahami, mengetahui, dan mengerti aplikasi yang dikunjungi oleh anak. Maka dari itu orang tua harus menambah pengetahuan tentang digital.
  2. Imbangi penggunaan media digital dengan interaksi dunia nyata. Orang tua dapat mengimbangi paparan digital dengan mengenalkan pengalaman dunia nyata misal mengajak anak untuk bermain tradisional, mengajak kegiatan diluar rumah.
  3. Pinjamkan anak perangkat digital sesuai dengan keperluan. Pilihkan program atau aplikasi yang positif. Orang tua perlu mengidentifikasi program yang benar-benar memeberikan manfaat bagi anak.

Sumber : Tumbuh Kembang Anak di Era Digital oleh Syafa’atun Nahriyah dalam Jurnal Pendidikan dan Studi Islam

“Empeng” Apakah baik diberikan pada bayi ??

Refleks mengisap adalah salah satu daya refleks paling penting yang dimiliki bayi, terutama bila dipasangkan dengan refleks mencari. Bunda juga bisa menguji Refleks Mengisap Jika menyentuh langit-langit mulut bayi dengan jari, dot atau puting, secara naluriah ia akan mulai mengisap. Usia sekitar dua atau tiga bulan, isapan bayi Ibu akan menjadi hasil usaha yang sadar dan bukan lagi sebuah refleks.

Yang perlu disadari adalah setiap bayi menunjukkan refleks ini, tidak mesti berarti dia lapar. Mengisap adalah aktivitas menyenangkan dan menenangkan bagi bayi. Para bayi juga memiliki refleks tangan-ke-mulut yang sejalan dengan refleks mencari dan mengisap, dan mungkin juga mengisap jari-jari atau tangan.

Lalu apakah ada dampak negatif jika bayi diberikan empeng?

Memberikan empeng untuk bayi sudah menjadi hal biasa yang banyak dilakukan oleh para ibu. Apalagi bagi ibu yang masih bekerja, keberadaan empeng akan sangat membantu untuk membuat Si Kecil tetap tenang. Sebenarnya memberi empeng pada bayi boleh-boleh saja. Namun sebelum ibu memutuskan untuk melakukan hal tersebut, sebaiknya ketahui dulu dampak negatif memberi empeng pada bayi.

Sejak lahir, bayi sudah memiliki refleks alami untuk mengisap. Itulah mengapa bayi sangat suka dan selalu minta “nenen”. Selain karena lapar, mengisap puting ibu juga bisa membuatnya merasa lebih tenang dan nyaman. Namun, sebagian ibu tidak bisa selalu berada di sisi bayi, sehingga untuk memenuhi keinginan Si Kecil untuk mengisap, pemberian empeng pada bayi dapat menjadi solusi yang tepat. Namun apakah dampak negatif jika terus menerus diberi empeng.

1. Mengganggu Pertumbuhan Gigi

Empeng yang diberikan pada bayi yang belum memiliki gigi justru bisa menghambat pertumbuhan giginya. Saat bayi menggigit-gigit empeng, gigi yang akan keluar terus tertahan empeng, sehingga akibatnya gigi akan sulit tumbuh keluar. Saat giginya sudah tumbuh pun, mengisap empeng bisa mengganggu pertumbuhan gigi. Gigi depannya dapat tumbuh miring atau cenderung maju ke depan.

2. Memengaruhi Lengkungan Rahang

Tidak hanya mengganggu pertumbuhan gigi, empeng pada bayi bisa membuat lengkungan rahang Si Kecil menjadi tidak bagus. Ketika Si Kecil tumbuh gigi, adakalanya ia menggigit atau menarik empeng dengan giginya. Tekanan yang ditimbulkan ini bisa memengaruhi bentuk rahang dan gigi.

3. Tidak Higienis

Empeng bayi bisa saja secara tidak sengaja terjatuh ke lantai sebelum diisapnya sehingga berisiko untuk mengalami infeksi mulut. Jika empeng yang terjatuh diberikan lagi tanpa disterilkan terlebih dahulu, kuman dan virus dari lantai mungkin saja menempel dan masuk ke mulut Si Kecil.

4. Menyebabkan Bingung Puting

Beberapa bayi yang mengisap empeng terkadang mengalami bingung puting saat menyusu langsung dari payudara ibu. Maka dari itu, ibu sebaiknya tidak memberi empeng pada Si Kecil ketika ia baru berusia beberapa minggu. Sebelum memberi empeng pada bayi, ada baiknya ibu melatih bayi agar bisa menyusu dari payudara langsung dengan baik dan benar. Hal ini juga baik untuk mencegah anak lebih menyukai empeng daripada puting ibunya.

5. Menyebabkan Ketergantungan

Terlalu sering memberikan empeng pada Si Kecil, bisa membuatnya terlalu bergantung pada empeng. Akhirnya, Si Kecil baru bisa tidur setelah mengisap empeng. Kebiasaan ini dikhawatirkan akan berlanjut sampai anak masuk usia sekolah. Hal ini akan berdampak pada tumbuh kembang dan kemandiriannya. Anak juga akan merasa minder jika ia diejek akibat masih ngempeng. Untuk menghindari ketergantungan pada empeng, sebaiknya batasi penggunaan empeng setiap harinya.