Awas, 3 Kesalahan Orang Tua ini Bisa Ganggu Tumbuh Kembang Anak

Sebagai orang tua, Anda tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anak. Sayangnya, terdapat berbagai didikan dan aksi yang dianggap orang tua baik, namun ternyata berdampak buruk bagi anak.

Pada balita atau anak berusia 18 hingga 24 bulan, dokter sekaligus konsultan tumbuh kembang anak Bernie Endyarni Medise mengatakan bahwa orang tua sering melarang bayi mereka memasukkan jari atau mainan ke mulut.

Padahal, ini berguna sebagai fase perkembangan psikologi bayi. “Saat bayi memasukan tangan ke mulut, ini adalah bentuk pematangan fungsi oromotor yang kelak berguna untuk kemampuan makan, bicara dan lainnya,” katanya saat ditemui TEMPO.CO dalam acara Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) di Jakarta pada Ahad, 15 September 2019.

Oromotor merupakan dasar keterampilan makan, mencakup semua kegiatan yang menggunakan sistem gerak otot dari oral cavity (rongga mulut), seperti rahang, gigi, lidah, langit-langit, bibir, dan pipi, termasuk koordinasi gerak di antara organ-organ rongga mulut ini.

Bernie juga menjelaskan tentang bagaimana pemilihan popok yang salah bisa mengganggu tumbuh kembang bayi. Khususnya karena menyebabkan iritasi, bayi pun menjadi rewel dan sulit tidur. Padahal saat tidur, hormon pertumbuhan pun akan bekerja. “Kalau jadwal tidurnya terganggu, tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan bayi,” katanya.

Orang tua juga memiliki kebiasaan untuk mengekang kegiatan anak di luar rumah. Padahal, lingkungan di luar rumah justru dapat memicu stimulasi-stimulasi yang berperan penting dalam tumbuh kembang bayi. “Bayi bisa mengembangkan fungsi motorik atau gerak kasar seperti duduk dan berlari,” katanya.

“Gerak halus seperti meraih benda dan berbicara juga bisa dialami melalui pendekatan dengan alam.”

Mengetahui Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia 2 Tahun

Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia 2 Tahun

Jika di usia sebelumnya si Kecil mungkin masih tampak terhuyung-huyung ketika berjalan, di usia ini keseimbangannya sudah semakin sempurna.Hal ini bisa terlihat dari kemampuan fisik lainnya yang juga makin banyak ia kuasai. Apa saja sih?

Mulai dari berlari, naik turun tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan berpegangan, melempar dan menangkap bola hingga berjalan sambil jinjit. Ia pun kini sudah bisa melompat ke depan dan ke belakang dengan dua kaki hingga menari mengikuti irama. 

Cara Mendorong Tumbuh Kembang Anak Usia 2 Tahun

Nah apa saja ya kemajuan serta stimulasi yang bisa Ibu terapkan pada si Kecil? Yuk cari tahu!

  • Berdiri dengan 1 kaki. Misalnya dengan meminta si Kecil berdiri menirukan burung bangau dengan kaki diangkat satu dan tangan lainnya direntangkan untuk menjaga keseimbangan. 
  • Melompat.  Misalnya minta ia melompat dengan kedua kaki bersamaan. Agar lebih menyenangkan, buat permainan dengan menggambar bidang seperti lingkaran, persegi, bintang atau angka-angka di halaman dan minta ia melompatinya satu persatu.
  • Melempar bola. Minta anak melempar dengan arah yang benar. Ibu juga bisa memvariasikannya dengan jarak lemparan, tinggi lemparan, arah lemparan serta pola lemparan, mulai dari digelindingkan di lantai hingga dilempar memantul. 
  • Gerakan dan lagu. Sediakan musik dengan berbagai irama serta beberapa aksesoris kostum yang bisa ia pilih untuk menari. Lewat permainan ini, Ibu bisa memberi si Kecil kesempatan untuk mengekspresikan tubuh dan gerakan kreatifnya lho. 

Yang terpenting, temukan aktivitas atau permainan lain yang si Kecil sukai. Pastikan juga ia selalu dalam pengawasan ya Bu. Karena di usia ini, rasa ingin tahunya cukup besar untuk mencoba hal-hal baru. Nah, saat weekend, yuk ajak si Kecil bermain di playground!

Kenali Tahapan Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini

Masa balita seringkali disebut sebagai periode emas. Pada periode usia 0-5 tahun, terjadi peningkatan pesat pada pertumbuhan dan perkembangan balita. Cari tahu lebih jauh tentang bagaimana mengoptimalkan periode emas balita dari Tim Ahli Nutriclub.

Pertumbuhan dan Perkembangan Si Kecil

Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, dapat diukur, dan terjadi secara fisik. Pertumbuhan si Kecil dapat dipantau melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan ukuran lainnya sesuai usia dengan standarisasi alat ukur tertentu. Sedangkan perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, misalnya si Kecil dapat berjalan atau berbicara. Perkembangan dapat diamati dari cara ia bermain, belajar, berbicara, dan bersikap.

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, perbedaan ras, usia, genetik, dan kromosom. Sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi, dan stimulasi psikologis.

Periode emas si Kecil berlangsung pada rentang usia 0-5 tahun. Usia ini merupakan fase awal tumbuh kembang si Kecil dan akan berpengaruh pada fase selanjutnya. Di masa ini, Ibu harus semakin cermat untuk mendapatkan hasil optimal dan mencegah terjadinya kelainan sedini mungkin.

Stimulasi Tumbuh Kembang Otak Si Kecil

Stimulasi jaringan otak sangat penting selama periode emas si Kecil. Semakin banyak stimulasi yang Ibu berikan kepada si Kecil, jaringan otak akan berkembang hingga mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika si Kecil tidak pernah diberi stimulasi yang cukup, maka jaringan otaknya akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan si Kecil menjadi terhambat. Stimulasi yang kurang pada si Kecil dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan otak, penyimpangan tumbuh kembang, bahkan gangguan perkembangan yang menetap. Berikut tahapan stimulasi sesuai usia si Kecil :

  • Usia 0 – 4 Bulan
    Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang. Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat oleh si Kecil. Ajak si Kecil tersenyum, bicara, dan mendengarkan musik.
  • Usia 4-6 Bulan
    Sering tengkurapkan si Kecil. Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya. Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian. Beri mainan benda yang besar dan berwarna.
  • Usia 6-12 Bulan
    Ajari si Kecil untuk duduk, ajak main ci-luk-ba, ajari memegang dan makan biskuit, ajari memegang benda kecil dengan 2 jari, aari berdiri dan berjalan dengan berpegangan, ajak bicara sesering mungkin, latih mengucapkan ma.. ma.. pa.. pa, beri mainan yang aman dipukul-pukul.
  • Usia 1 – 2 Tahun
    Ajari berjalan di undakan/tangga, ajak membersihkan meja dan menyapu, ajak membereskan mainan, ajari mencoret-coret di kertas, ajari menyebut bagian tubuhnya, bacakan cerita anak, ajak bernyanyi, ajak bermain
  • Usia 2 – 3 Tahun
    Ajari berpakaian sendiri, ajak melihat buku bergambar, bacakan cerita anak, ajari makan di piringnya sendiri, ajari cuci tangan, ajari buang air besar dan kecil di tempatnya
  • Usia 3 – 5 Tahun
    Minta si Kecil menceritakan apa yang ia lakukan, dengarkan ia ketika bicara, jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan, awasi si Kecil ketika mencoba hal-hal baru.

Pembagian Area Perkembangan Si Kecil

Perkembangan si Kecil dibagi menjadi beberapa area yaitu: motorik kasar (berjalan, berlari), motorik halus (menggambar), sensorik (melihat, mendengar, dll.), bahasa (mengucapkan kata lalu kalimat), dan sosial (bermain bersama, bermain bergantian). Pertumbuhan dan perkembangan berbeda-beda timbulnya, namun tetap ada batasan waktu yang cukup luas dimana masih dapat dikategorikan normal.

Untuk mendukung pertumbuhan si Kecil diperlukan kecukupan gizi yang baik. Selain membantu pertumbuhan, dengan nutrisi dan kebiasaan makan yang baik, penyakit seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan obesitas dapat dicegah. Kurang nutrisi akan menyebabkan gangguan perkembangan intelektual si Kecil.

Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Si Kecil

Selain itu, pertumbuhan gigi juga akan terlihat pada periode emas si Kecil. Pertumbuhan gigi berbeda-beda tergantung keturunan, namun penyakit tertentu sepertirickets,hypotiroidism,hypopituitary, ataudown syndromedapat memperlambat tumbuhnya gigi.

Secara umum, si Kecil akan mempunyai 6 gigi di usia 12 bulan dan total 20 gigi susu pada usia 2,5 tahun. Gigi pertama si Kecil bisa tumbuh pertama kalinya pada usia empat bulan. Namun kebanyakan kasus gigi mulai tumbuh sekitar usia 6 – 7 bulan. Gigi susu yang pertama kali muncul ada di bagian seri depan di atas dan bawah. Gigi susu terakhir tumbuh ketika si Kecil berusia 2-3 tahun. Pada usia ini, biasanya jumlah giginya sudah lengkap, yaitu 20 buah.

Pertumbuhan gigi ditandai dengan pembengkakan gusi bawah. Kemungkinan besar si Kecil akan merasa sakit karena pembengkakan ini bahkan mengalami demam. Si Kecil akan menjadi lebih rewel, sering menangis dan mengigit-gigit sesuatu.  Di periode ini si Kecil juga akan mengeluarkan lebih banyak air liur dibandingkan sebelumnya. Untuk itu, pakaikan alas dada yang terbuat dari handuk, agar Ibu bisa selalu mengeringkan dagu dan pipi si Kecil yang terkena liur, ini mencegah terjadi iritasi pada kulit si Kecil.

Bila gigi si Kecil belum tumbuh pada waktunya, Ibu tidak perlu khawatir.  Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk merangsang pertumbuhan gigi, diantaranya :

  • Memberi mainan yang berguna untuk menstimulus pertumbuhan gigi sering disebut dengan teether. Pilihlah teether yang terbuat dari bahan yang aman. Pada umumnya semuanya terbuat dari karet.
  • Kandungan kalsium pada susu juga sangat membantu pertumbuhan gigi si Kecil, oleh karena itu walaupun si Kecil sudah lebih dari 6 bulan usahakan tetap memberi ASI yang cukup.
  • Beri makanan pembantu ASI yang mengandung kalsium seperti ikan laut dan beberapa jenis sayuran

Gigi susu ini akan kemudian digantikan oleh gigi permanen pada usia 5 – 13 tahun. Jangan khawatir jika gigi si Kecil tanggal akibat benturan ketika bermain karena gigi akan digantikan oleh gigi permanen. Contohnya geraham pertama pada usia 5-7 tahun, disusul oleh gigi lainnya seperti gigi seri di usia 6-8 tahun.

Parameter Tumbuh Kembang Si Kecil

Bila tumbuh kembang kurang menurut alat ukur standar. Si Kecil yang berusia 1 tahun seharusnya dapat berjalan 1 atau 2 langkah tanpa bantuan, berbicara beberapa kata, dan bertepuk tangan. Si Kecil dapat berlari, membalik kertas, berbicara sekitar 10 kata, menggambar garis lurus di usia 2-2,5 tahun. Di usia 3 tahun, Si Kecil sudah dapat memakai pakaian sendiri kecuali memasang kancing, menghitung sampai 10. Di usia 4 tahun Si Kecil  dapat berdiri dan melompat dengan 1 kaki, memakai pakaian dengan baik, melempar bola dengan 1 tangan. Pada usia 5 tahun si Kecil sudah dapat menangkap bola, mengenali 4 warna, dan ketika usia 6 tahun si Kecil sudah dapat berjalan di satu garis lurus, dan menulis. Masih banyak ukuran lainnya dalamdevelopmental milestones.

Ketika si Kecil tidak mampu untuk melakukan hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh teman seusianya menurutmilestones, maka si Kecil mungkin mengalami  keterlambatan perkembangan. Jika keterlambatan perkembangan terjadi pada beberapa area, maka si Kecil bisa dikatakan mengalamiglobal development delay. Pada banyak kasus, gangguan perkembangan si Kecil membutuhkan bantuan agar dapat mencapai potensi maksimal mereka.

Peran keluarga, personil sekolah, dan petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam  mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan si Kecil.Apabila si Kecil tampak lebih maju atau lambat dibanding teman sepantarannya, Ibu sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.Si Kecil wajib dibawa ke posyandu atau ke fasilitas kesehatan lainnya setiap bulan untuk diukur dan dipantau perkembangannya. Sehingga kelainan maupun keterlambatan yang mungkin terjadi dapat terdeteksi sedini mungkin.

Peran Ibu pada Tumbuh Kembang Anak

Para dokter, khususnya dokter anak memberikan perhatian khusus pada tumbuh kembang anak sejak masa konsepsi (prenatal) hingga remaja. Hal ini dikarenakan tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahap (janin, bayi baru lahir, bayi, balita, usia sekolah, remaja awal, tengah dan akhir) yang masing-masing mempunyai cara pendekatan yang berbeda.

Dua hal yang menjadi ukuran dalam tumbuh kembang anak yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik anak seperti tinggi (panjang) badan, berat badan, lingkar kepala. Berat badan dan tinggi badan dapat digunakan sebagai data untuk menilai pertumbuhan anak dan status gizi. Pertambahan lingkar kepala juga perlu dipantau, karena berkaitan dengan perkembangan anak. Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan fungsi individu dalam hal kemampuan gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, bicara, komunikasi, emosi-sosial, kemandirian, inteligen, serta perkembangan moral.

Hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak antara lain faktor gen, asupan nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi sejak dini. Faktor lingkungan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak seperti “asuh” (kebutuhan untuk hidup sehat seperti nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan), “asih” (kebutuhan emosional seperti kasih sayang, penghargaan) dan “asah” (kebutuhan stimulasi seperti komunikasi, stimulasi bicara, gerak, sosial, moral, inteligensi). Faktor yang tak kalah penting adalah Ibu. Seorang ibu merupakan lingkungan pertama dan paling erat sejak janin di dalam kandungan (bahkan sampai remaja). Ayah, kakak, adik, nenek-kakek, pengasuh, sosial ekonomi (sarana di dalam rumah, sanitasi, sarana bermain, nilai-nilai dan aturan lainnya) merupakan faktor penting berikutnya yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Peran ibu dalam tumbuh kembang anak sangat luar biasa karena asupan nutrisi dan stimulasi pada anak sudah dimulai sejak janin. Bahkan janin sudah mampu merasakan rasa makanan yang ibu makan dan mendengarkan suara ibu. Kasih sayang seorang ibu menjadi stimulasi yang terus menerus dirasakan, ditiru dan diterapkan anak, sehingga untuk menjadi seorang ibu yang baik, haruslah cerdas, hebat dan kuat.

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak / Balita

Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak (asah, asih, dan asuh) terpenuhi yang mencakup perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman / perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan. Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan. Nah, dalam artikel ini kita akan membahas mengenai pemantauan tumbuh kembang dan deteksi dini penyimpangan perkembangan anak.

Tujuan mengerti tumbuh kembang anak adalah agar anak tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin baik dari sisi fisik, mental dan sosial dengan deteksi dini setiap kelainan tumbuh kembang, melakukan penanganan yang efektif dan komprehensif serta melakukan langkah pencegahan penyimpangan tumbuh kembang.

Apa yang dimaksud anak bertumbuh dan berkembang?

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik; sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.

Apa saja yang perlu dinilai untuk melihat perkembangan anak?

Frankenburg dkk. mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :

  1. Personal Social (kepribadian/tingkah laku sosial).
  2. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
  3. Langauge (bahasa)
  4. Gross Motor (perkembangan motorik kasar)

Apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :

1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :

  1. Faktor yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)
  2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal)

Faktor Lingkungan Pranatal
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :

  1. Gizi ibu pada waktu hamil. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
  2. Mekanis. Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
  3. Toksin/zat kimia. Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.
  4. Endokrin. Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami kekurangan/defisiensi maka dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
  5. Radiasi. Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
  6. Infeksi. Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simpleks (TORCH), sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.
  7. Stres. Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
  8. Imunitas. Rhesus atau ABO inkompatibilitas (perbedaan golongan darah ibu dan anak) sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
  9. Anoksia embrio. Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR.

Faktor Lingkungan Postnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibu ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.

Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :

  1. Lingkungan biologis. Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
  2. Faktor fisik. Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi.
  3. Faktor psikososial. Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari. Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
  4. Faktor keluarga dan adat istiadat. Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya rendah akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti pada masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.

Apa yang dimaksud dengan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak?

Deteksi dini tumbuh kembang adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang pada anak sedini mungkin agar intervensi dilakukan segera, khususnya dalam masa perkembangan emas saraf anak.

Bagaimana cara deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak?

  1. Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dari parameter-parameter ini dokter akan membuat kesimpulan status gizi seorang anak, apakah gizi lebih, gizi baik atau gizi kurang berdasarkan standar pertumbuhan dari World Health Organization(WHO) untuk selanjutnya dilakukan intervensi lebih lanjut.
  2. Aspek tumbuh kembang yang perlu dibina atau dipantau :
  • Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar sperti duduk, berdiri, dsb
  • Gerak halus atau motorik halus adala aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dsb.
  • Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dsb.
  • Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dsb. (Depkes, 2005)

Beberapa tahapan perkembangan anak yang mudah diperiksa oleh orang tua:

  • Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup.
  • Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.
  • Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
  • Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.
  • Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan, melepas pakaian sendiri.
  • Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
  • Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan (Depkes RI, 2005).

Bila tumbuh kembang anak Anda mengalami gangguan baik dari sisi fisik, mental dan sosial, Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Santo Yusup akan membantu memberikan terapi dan penanganan secara dini yang dilakukan secara terpadu dengan pre dan post handling assessment oleh Tim Tumbuh Kembang yang profesional dan berpengalaman yang didukung oleh Dokter Spesialis Anak, Rehabilitasi Medik (Fisioterapis, Terapis wicara, okupasi terapis), Ahli gizi dll.

Bahaya Gadget Bagi Anak

Memang penggunaan gadget pada anak memberikan beberapa manfaat positif. Paling tidak sejak awal anak sudah sadar teknologi. Sehingga anak akan mudah menyerap perkembangan teknologi saat usia sekolah maupun remaja. Selain itu anak juga jadi betah di rumah yang artinya menguntungkan ibunya untuk beraktifitas.

Namun, asosiasi dokter anak di Amerika Serikat dan Kanada menekankan, anak usia 0-2 tahun sebaiknya sama sekali tidak boleh terpapar gadget. Sementara anak 3-5 tahun dibatasi satu jam per hari dan dua jam untuk anak 6-18 tahun. Tapi faktanya, anak-anak justru menggunakan gadget 4-5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan.

Bahkan, penggunaan ponsel pintar, tablet, dan peranti game elektronik sudah dimulai sejak usia sangat dini. Dokter anak asal Amerika Serikat Cris Rowan mengatakan, perlu ada larangan untuk penggunaan gadget pada usia terlalu dini, yakni anak di bawah 12 tahun.

So moms, hati-hati ya dalam memberikan gadget pada si kecil. Alasannya, sudah banyak penelitian yang membuktikan dampak negatif gadget pada mereka. Simak 10 fakta pemakaian gadget pada anak berikut ini moms:

1. Defisit perhatian

Anak usia 0-2 tahun, pertumbuhan otaknya memasuki masa yang paling cepat dan terus berkembang hingga usia 21 tahun. Stimulasi lingkungan sangat penting untuk memicu perkembangan otak, termasuk dari gadget. Hanya saja, stimulasi yang berasal dari gadget diketahui berhubungan dengan defisit perhatian, gangguan kognitif, kesulitan belajar, impulsif, dan kurangnya kemampuan mengendalikan diri.

2. Hambatan perkembangan

Saat menggunakan gadget, anak cenderung kurang bergerak, yang berdampak pada hambatan perkembangan. Satu dari tiga anak yang masuk sekolah cenderung mengalami hambatan perkembangan sehingga berdampak buruk pada kemampuan berbahasa dan prestasi di sekolah.

3. Obesitas

Penggunaan gadget yang berlebihan diketahui bisa meningkatkan risiko obesitas. Anak-anak yang diperbolehkan menggunakan gadget di kamarnya mengalami peningkatan risiko obesitas sebanyak 30 persen. Padahal, diketahui bahwa obesitas pada anak meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung, sehingga menurunkan angka harapan hidup.

4. Gangguan tidur

Tidak semua orangtua mengawasi anaknya saat menggunakan gadget, sehingga kebanyakan anak  mengoperasikan gadget di kamar tidurnya. Sebuah studi menemukan, 75 persen anak-anak usia 9-10 tahun yang menggunakan gadget di kamar tidur mengalami gangguan tidur yang berdampak pada penurunan prestasi belajar mereka.

5. Gangguan mental

Sejumlah studi menyimpulkan, penggunaan gadget yang berlebihan merupakan faktor penyebab meningkatnya laju depresi, kecemasan, autisme, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku pada anak.

6. Agresif

Anak-anak yang terpapar tayangan kekerasan di gadged berisiko untuk menjadi agresif. Apalagi, saat ini banyak video game ataupun tayangan yang berisi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan kekerasan-kekerasan lainnya.

7. Penurunan konsentrasi

Konten media dengan kecepatan tinggi berpengaruh dalam meningkatkan risiko defisit perhatian, sekaligus penurunan daya konsentrasi dan ingatan. Pasalnya, bagian otak yang berperan dalam melakukan hal itu cenderung menyusut.

8. Adiksi/kecanduan

Kebiasaan bermain gadget membuat anak merasa nyaman dengan gadgetnya dibanding berinteraksi dengan orangtuanya. Padahal, hal itu memicu adiksi sehingga mereka seakan tak bisa hidup tanpa gadget mereka. Sehari tanpa gadget, anak akan merasa kebingungan dan mati gaya.

9. Radiasi

WHO mengkategorikan ponsel dalam risiko 2B karena radiasi yang dikeluarkannya. Apalagi, anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi karena otak dan sistem imun yang masih berkembang sehingga risiko mengalami masalah dari radiasi gadget lebih besar dari orang dewasa.

10. Tidak efektif mendidik

Sebuah penelitian membuktikan, edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak-anak. Dengan demikian, pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan berkelanjutan bagi mereka.

Dampingi anak

Nah moms, jangan sampai si kecil terkena dampak negatif gadget ya! Karena teknologi memang seperti pisau bermata dua. Di satu sisi membawa manfaat, tapi di sisi lain jika tak digunakan secara bijak,  bisa mendatangkan mudharat.

Tugas kita sebagai orang tua adalah sejak awal menjadikan teknologi itu sahabat yang ramah dan baik bagi anak-anak kita. 
Selanjutnya, untuk anak yang sudah diperkenankan menggunakan gadget, orang tua harus memainkan peran sebagai pengawas. Untuk mencegah kecanduan, anak-anak harus diberi batas waktu berapa lama harus menggunakan gadget setiap harinya.

Untuk anak yang gemar bermain game, hindari menginstal aplikasi games yang mengandung unsur kekerasan. Karena apa yang dimainkan anak pada game tersebut diserap oleh anak dan cenderung akan dipraktekkan di dalam kehidupan nyata.

Anak juga tidak boleh dibiarkan begitu saja mengakses aplikasi-aplikasi gadget sesukanya. Filterlah aplikasi-aplikasi yang akan diakses oleh anak. Dampingi anak jika harus menjelajah internet, agar anak tidak sampai menelusuri situs bertema pornografi atau kekerasan. Intinya, cerdas dan bijak dalam memberikan anak gadget ya moms!