Pengaruh Art therapy pada anak berkebutuhan khusus

Bund sudah pernah dengar tentang Art therapy?

Masih terdengar asing kah?? Atau sudah familiar mendengarnya??

Apa sih Art Therapy itu ???

Seni selain dapat dinikmati, juga dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk menyalurkan emosi dan perasaan, bahkan seni juga dapat digunakan sebagai salah satu media yang dapat digunakan dalam terapi anak berkebutuhan khusus,  selain itu anak-anak cenderung memiliki ketertarikan pada aktivitas yang melibatkan banyak warna, hal tersebut akan menarik perhatian pada anak.

Art Therapy atau biasa disebut dengan terapi seni merupakan salah satu metode yang dapat digunakan pada anak anak dengan berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangannya, seperti perkembangan fisik, emosi, , kondisi mental dan perilaku, selain itu Art Therapy juga dapat digunakan untuk melihat kemampuan masing masing anak dan menuangkan gagasan gagasan serta ide-ide yang dimiliki oleh anak. Metode ini dapat digunakan pada profesi termasuk komunitas dan rumah sakit yang berbasis seniman, psikiater, terapis okupasi, perawat, pekerja sosial dan lain-lain.

Menurut American Art Therapy Association, terapi seni dapat digunakan untuk mengelola mental dan emosional, selain itu terapi ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Terapi seni juga dapat membantu anak dalam berekspersi dan berkomunikasi. Pada anak dengan kondisi autisme terapi ini cukup efektif untuk meningatkan kualitas hidup dari anak dengan kondisi Autisme. Terapi ini juga membantu anak dengan kondisi Autisme dapat mengekpresikan perasaan yang di rasakannya. Saat anak mengekspresikan perasaanya hal tersebut juga membantu anak dalam mempelajari keterampilan perilaku dan komunikasi. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, terapi seni dapat membantu menyelesaikan masalah komunikasi pada anak autis. Pada anak dengan kondisi ADHD (Attention deficit Hiperaktif Disorder) yang ditandai dengan hiperaktif , impulsive dan kurangnya perhatian,  dengan Art Therapy anak dapat diarahkan pada aktivitas yang tepat dan bermakna, menggunakan keterampilan belajar visual dan anak mampu mengekspresikan diri.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Art Therapy dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan sensori yang kuat pada anak anak yang mengalami masalah pada gangguan sensori.  Unsur unsur terapeutik pada seni dianggap dapat mengembangkan motoric halus pada anak dan memberikan pengalaman yang berkaitan dengan bentuk, warna, tekstur untuk mempertajam indera visual dan peraba sehingga dapat membantu dalam proses perkembangan anak berkebutuhan khusus, merangsang hemisfer kanan, imajinasi dan berfikir abstrak.

Dalam penerapannya terapi seni menggunakan teknik kreatif seperti menggambar, melukis, membuat kolase, mewarnai, melalui aktivitas tersebut anak dapat mengekpresikan diri dan emosi mereka kedalam seni. Pada prinsipnya Art Therapy tidak melihat berkaitan dengan barang yang dihasilkan (End Product) melainkan tentang proses dari pembuatan seni tersebut melalui bahan bahan yang digunakan, perabaan dari bahan bahan seni dapat memberikan efek yang menenangkan. Proses pembuatan karya seni merupakan hal yang terpenting dalam terapi seni, sehingga hal tersebut dapat memberikan efek yang teurapetik pada anak berkebutuhan khusus.

Bagaimana bund sangat bermanfaat bukan untuk si kecil??

Yuk bundd buat si kecil tetap aktif !!! J

Yukk,,, Kenali “DOWN SYNDROME”

  1. Pengertian Down Syndrome

Down Syndrome adalah sebuah kelain pada seseorang yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan pada pembentukan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan pada kromosom ke-21. Pada anak Down Syndrome kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan berjumlah tiga kromosom (trisomi), jadi jumlah total seluruh kromosom mencapai 47 buah.

  • Faktor Resiko Down Syndrome
  • Kromosom, terdapat 3 jenis pola kromosom yang mengakibatkan Down Syndrome yaitu trisomi 21, translokasi dan mosaik. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukan kromosom menjadi salah satu faktor utama penyebab Down Syndrome
  • Hamil di usia tua, resiko melahirkan bayi dengan Down Syndrome akan lebih tinggi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun, sedangkan umur ayah tidak berpengaruh
  • Ciri – ciri fisik pada anak Down Syndrome

Ciri – ciri fisik anak Down Syndrome terbagi dalam berbagai variasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai tanda yang khas, berikut adalah ciri fisik anak Down Syndrome :

  1. Ciri yang paling khas yaitu kepala yang lebih kecil dari ukuran normal dengan bagian muka kepala mendatar.
  2. Tubuh yang pedek, wajah membulat, mulut selalu terbuka, hidung lebar dan datar
  3. Kemampuan bicara terhambat karena lidah tebal dan otot mulut yang lemah
  4. Mata yang kecil. Bagian luar mata yang terangkat naik (oblique palpebral fissures)
  5. Kelopak mata memiliki lipatan atau disebut sebagai epicanthic folds
  6. Ukuran telinga yang kecil dan berbentuk tidak normal (dysplastic ears)
  7. Kulit yang kering dan tipis
  8. Tangan lebih kecil dengan jari – jari yang pendek dan kelingking yang bengkok. Kelingking pada anak Down Syndrome hanya memiliki 2 ruas atau terkadang ruas kedua tumbuh miring
  9. Telunjuk dan ibu jari berjauhan (Sandal Foot)
  10. Pada telapak tangan terdapat garis yang melintang juga pada kaki (antara telunjuk dan ibu jari jarak lebih jauh daripada kaki orang normal)
  • Kelainan pada anak Down Syndrome

Pada umumnya anak yang memiliki kebutuhan khusus terutama Down Syndrome memiliki kelainan seperti :

  1. Penurunan tonus otot anggota gerak atas dan bawah
  2. Kekuatan otot menurun
  3. Terjadi gangguan keseimbangan
  4. Otot tubuh yang tidak normal
  5. Keterlambatan motorik
  • Edukasi pasien Down Syndrome
  • Melakukan pemeriksaan berkala untuk mengevaluasi kondisi fisik dan mental pasien dengan Down Syndrome
  • Edukasi pada keluarga pasien untuk selalu memberikan dukungan dari keluarga, pengasuh dan komunitas misalnya di Sekolah Luar Biasa (SLB)
  • Pasien dengan Down Syndrome membutuhkan intervensi terapi sedini mungkin seperti (fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara, terapi perilaku, dll) dengan tujuan agar pasien mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Pasien Down Syndrome juga memiliki potensi dan kemampuan yang bila dilatih dengan baik dapat menghasil prestasi.
  • Menyarankan pada orang tua penderita untuk mengikuti komunitas Down Syndrome dan membaca buku buku petunjuk mengenai cara merawat pasien Down Syndrome terutama pada masa transisi mereka dari anak – anak ke dewasa.

Bahaya W-sitting

Pernahkah Bunda mengamati posisi duduk Si Kecil? Apakah posisi duduk anak bersimpuh dengan kaki yang menekuk ke bagian luar tubuh? Jika iya, Bunda perlu memperhatikan beberapa hal berikut!!

Duduk dengan posisi W-sitting sangat berbahaya karena dapat berdampak buruk pada area kaki seperti pergelangan kaki & lutut, dan dapat memengaruhi postur tubuh di kemudian hari. Karena dalam posisi duduk seperti ini, kaki tertekuk mengarah keluar dan memutar otot mulai dari pergelangan kaki, lutut, hingga pinggul, yang juga dapat menyebabkan displasia atau dislokasi panggul.

Selain itu, duduk dengan posisi seperti ini dapat menyebabkan cedera otot dan menimbulkan rasa sakit.

Apabila W-sitting diabaikan, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan & kontrol tubuh, masalah ortopedi (tulang dan persendian) yang serius, serta terganggunya keterampilan motorik anak.

Menurut jurnal Effect of W-sitting on Standing Posture of Preschool Age Children, posisi duduk ‘W’ yang dilakukan setiap hari dapat meningkatkan risiko penyakit ortopedi, kerusakan ligamen anterior, atau nyeri punggung dalam proses pertumbuhan.
Anak duduk dengan posisi huruf ‘W’ terjadi secara tidak sadar. Anak melakukannya karena nyaman dan mudah untuk menyeimbangkan badan mereka. Alasan lain mengapa Si Kecil menyukai posisi ‘W’ karena posisi duduk ini lebih stabil. Mereka dapat memutar tubuh, meraih dan mengambil barang-barang dengan lebih mudah.

Berikut terdapat beberapa cara untuk mengatasi kebiasaan duduk dengan posisi W-sitting pada si kecil, antara lain:
• Bunda dapat menangkap kaki anak sebelum mengambil posisi W-sitting bahkan saat anak belajar untuk duduk.
• Anak harus ditempatkan dan diajarkan untuk mengambil posisi duduk yang lain seperti duduk bersila, duduk menyamping, duduk dengan kaki diluruskan, atau duduk di bangku kecil.
• Bantu anak untuk pindah ke posisi duduk yang lain, atau katakan, “Ayo, posisi kakinya diperbaiki ya, nak.”
• Konsisten dengan posisi duduk lain.
• Terapkan posisi duduk selain W-sitting pada keluarga.
• Jika anak tidak bisa duduk selain posisi ‘W’ hingga ia berusia lebih dari 6 tahun maka sebaiknya Bunda konsultasikan masalah ini pada terapis untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.

Ingat Bund, kebiasaan memang tidak mudah diubah tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Kesabaran dan konsistensi adalah dua hal penting yang diperlukan orang tua untuk mengajarkan anak duduk dengan stabil, begitu pula dengan stimulasi motorik lainnya. Ketika anak sudah dapat duduk dengan posisi yang tepat, maka akan lebih mudah untuk anak belajar berdiri, berjalan, hingga berlari.

Selamat mencoba, Bunda!!

Edukasi Fisioterapi pada Anak

Fisioterapi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak yang terganggu. Fisioterapi pada anak biasanya dibedakan berdasarkan indikasinya. Contohnya adalah fisioterapi untuk bayi lahir dengan risiko tinggi (risti), anak dengan cerebral palsy, spina bifida, gangguan pernapasan, anak dengan gangguan ortopedik, cedera saat olahraga, hingga anak dengan retardasi mental;

Dokter biasanya merekomendasikan fisoterapi jika bayi atau balita Anda memiliki beberapa hal sebagai berikut:

  • Gagal memenuhi tonggak perkembangan (milestone) selama tahun pertama kehidupan
  • Hanya menumpu pada satu sisi tubuh dan/atau memiringkan kepala ke satu sisi saja
  • Memiliki postur yang buruk
  • Telah didiagnosis dengan cerebral palsy, torticollis, atau gangguan neuromuskular lainnya
  • Memiliki tonus otot yang kaku
  • Memiliki mobilitas sendi yang berlebihan atau terbatas
  • Memiliki kesulitan dengan keseimbangan dan koordinasi tubuh

Fisioterapi anak bertujuan untuk membantu mengobati anak dan remaja dengan berbagai masalah pada kesehatan fisiknya. Selain itu, terapi ini juga dilakukan untuk membantu memberikan dukungan pada keluarga dan orangtua yang memiliki anak dengan berbagai masalah fisik.

Terapi fisik ini juga dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang menghambat gerak tubuh seperti:

  1. Cerebral palsy

Cerebral palsy adalah sekelompok kondisi yang memengaruhi otot dan juga saraf. Kondisi ini bukan bawaan lahir tetapi berkembang dan dimulai dari sejak bayi lahir.

Berbagai gejala cerebral palsy seperti lengan dan kaki bergerak tidak normal, terlambat bicara dan berjalan, sulit makan, bentuk otot yang buruk di usia awal kehidupan sehingga membuat postur tubuh juga abnormal, koordinasi gerak yang buruk, tubuh kaku, dan kejang otot. Melakukan fisioterapi anak bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah kesehatan yang satu ini.

  2. Global development delay

Global development delay (GDD) adalah keterlambatan perkembangan anak dari segi emosional, mental, dan juga fisik. Biasanya, anak dengan GDD mengalami masalah dalam pengetahuan bahasa dan cara pengucapan, penglihatan, keterampilan gerak, keterampilan sosial dan emosional, serta kemampuan berpikir. Melalui fisioterapi anak, GDD bisa diatasi untuk meningkatkan perkembangannya.

  3. Down’s Syndrome

Down syndrome adalah kondisi genetik yang menyebabkan gangguan belajar pada anak dan kelainan fisik tertentu, seperti kepala berukuran kecil, berat dan tinggi badan yang lebih rendah dibanding rata-rata, otot kurang terbentuk dengan sempurna, dan fitur wajah yang datar.

Kondisi ini akan berlangsung seumur hidup. Akan tetapi, dengan perawatan yang tepat, anak down syndrome dapat tumbuh dengan sehat bahkan melakukan berbagai hal produktif seperti orang sehat lainnya. Salah satu perawatan yang bisa Anda coba terapkan ialah fisioterapi anak.

Program fisioterapi anak biasanya dimasukkan ke dalam aktivitas hariannya. Terapis juga akan memberikan pengetahuan sederhana dan pelatihan untuk keluarga agar dapat membantu serta mendorong anak untuk berlatih program fisioterapi yang telah dibuat.

MENGENAL APA ITU “CEREBRAL PALSY” ?

  1. Definisi

Cerebral palsy merupakan gangguan gerak dan postur yang muncul pada janin dan anak usia dini bersifat non progresif dan menyebabkan terbatasnya aktivitas. Pada umumya anak CP sering disertai dengan gangguan motorik, gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, perilaku, epilepsi, dan masalah muskuloskeletal.

Time frame cedera otak pada CP jika kerusakan otak muncul selama salah satu periode berikut: (1) Periode Prenatal – konsepsi awal persalinan (2) Periode Perinatal – 28 minggu intrauterine sampai 7 hari (3) Periode Pasca Kelahiran – dua pertama (dan beberapa mengatakan lima) tahun kehidupan. Setelah usia 5 tahun lebih mengenai stroke atau cedera otak traumatis.

  • Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi CP sangat beragam dan multifaktorial. Penyebabnya bisa terjadi karena bawaan, genetik, inflamasi, infeksi, anoxic, trauma dan metabolisme. Berikut merupakan faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya CP :

  1. Prenatal
  2. Riwayat kejang pada ibu
  3. Hipertiroid
  4. Perdarahan pada trimester ketiga
  5. Serviks tidak kompeten
  6. Toksemia dan eklampsia
  7. Konsumsi obat dan penyalahgunaan obat seperti alkohol, kokain dan lain-lain
  8. Trauma atau cedera
  9. Kehamilan kembar
  10. Insufisiensi plasenta
  11. Infeksi (TORCH) dan sifilis

Infeksi berupa Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), Herpes Simplex dan sifilis. CMV adalah virus yang paling sering terlibat dalam kerusakan otak selama kehamilan

  • Perinatal
  • Proses persalinan yang lama dan sulit
  • Prematur
  • Berat badan lahir kurang dari 2500 gram
  • Ketuban pecah dini
  • Perdarahan vagina saat masuk proses persalinan
  • Bradikardi
  • Hipoksia
  • Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cedera
  • otak. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini
  • terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo–
  • servik, partus lama, infeksi plasenta, partus menggunakan alat
  • tertentu dan lahir dengan proses caesar. (Mardiani, 2006)
  • Asfiksia
  • Hiperbilirubin
  • Menigitis purulenta
  • Kelahiran sungsang
  • Postnatal
  • Infeksi: meningitis, enchepalitis, trauma seperti tenggelam
  • Trauma kepala: hematom subdural
  • Luka parut pada otak pasca operasi kepala
  • Malnutrisi
  • Kejang pada anak
  • Keracunan logam berat
  • Klasifikasi CP

CP diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu CP Spastik, CP Dyskinesia dan CP Ataxia. CP spastik merupakan kerusakan otak yang terjadi pada cerebral motor  cortex, sehingga seseorang dengan CP spastik mengalami gangguan distribusi  tonus otot. Terdapat tiga jenis CP spastik, yaitu spastik diplegi (spastisitas pada ekstremitas bawah dan sedikit pada ekstremitas atas), spastik hemiplegi (spastisitas pada salah satu sisi tubuh) dan spastik quadriplegi (spastisitas pada seluruh ekstremitas) (Aker & Anderson 2007).

  1. SPASTISITAS

     Spastisitas didefinisikan sebagai peningkatan ketahanan fisiologis otot terhadap gerakan pasif. Ini adalah bagian dari sindrom neuron motorik atas yang ditandai dengan hiperrefleksia, klonus, respons ekstensor plantar, dan refleks primitif. CP Spastik adalah bentuk paling umum dari Cerebral Palsy. Sekitar 80% sampai 90% anak dengan CP mengalami Spastic. CP Spastik ditandai oleh setidaknya dua dari gejala berikut, yang mungkin unilateral (hemiplegia) atau bilateral:

  • Pola postur dan / atau gerakan yang tidak normal
  • Peningkatan tonus (tidak harus terus-menerus)
  • Refleks patologis (tanda hyperreflexia atau piramidal misalnya respon Babinski)

Klasifikasi Anatomi

Klasifikasi anatomi adalah sebagai berikut:

  • Unilateral      : Satu sisi tubuh terpengaruh
  • Bilateral         : Kedua sisi tubuh terpengaruh
  • CP spastic     : digunakan untuk membedakan antara quadriplegia, diplegia dan hemiplegia. CP Spastic terjadi bilateral atau unilateral.
  • CP Dyskinetik dan CP Ataxia: selalu melibatkan seluruh tubuh (bilateral).
  1. Hemiplegi (Unilateral)

Satu sisi tubuh yang terkena dengan ekstremitas atas umumnya lebih terpengaruh daripada bagian bawah. Gangguan kejang, defisit bidang visual, agnosia taktil, dan kehilangan proprioseptif mungkin terjadi. Dua puluh persen anak dengan CP Spastik mengalami hemiplegia. Lesi fokal traumatis, vaskular, atau infeksi adalah penyebabnya dalam banyak kasus.

  • Diplegi (Bilateral)

Ekstremitas bawah lebih terlibat dan lengan sedikit terlibat. Kecerdasan biasanya normal dan epilepsi lebih jarang. Lima puluh persen anak-anak dengan Spastic CP mengalami diplegia. Riwayat prematur biasa terjadi. Diplegia menjadi lebih umum karena lebih banyak bayi dengan berat lahir rendah bertahan hidup.

  • Quadriplegi (Bilateral)

Keempat ekstremitas serta batang tubuh dan otot yang mengontrol mulut, lidah dan faring terlibat. Tiga puluh persen anak dengan Spastic CP mengalami quadriplegia. Keterlibatan ekstremitas bawah yang lebih serius sering terjadi pada bayi prematur. Beberapa memiliki ensefalopati iskemik hipoksia perinatal.

  • CP Dyskinetik

Gerakan abnormal yang terjadi saat anak memulai gerakan disebut Diskinesia. Disartria, Disfagia dan air liur menyertai masalah pergerakan. Perkembangan intelektual umumnya normal, betapapun parahnya disartria membuat komunikasi menjadi sulit dan membuat orang luar berpikir bahwa anak tersebut memiliki gangguan intelektual. Disfungsi pendengaran sensorineural juga mengganggu komunikasi. CP diskinetik menyumbang sekitar 10% sampai 15% dari semua kasus CP. Hiperbilirubinemia atau anoksia berat menyebabkan disfungsi ganglia basal dan menyebabkan kelumpuhan serebral diskinetik.

Cerebral Palsy diskinetik ditandai dengan gejala berikut:

  • Pola postur dan / atau gerakan yang tidak normaL
  • Gerakan yang tidak disengaja, tidak terkendali, berulang, kadang-kadang stereotip dari bagian tubuh yang terkena

Cerebral Palsy diskinetik dapat berupa:

  • Dystonic CP, didominasi oleh hipokinesia dan hipertonia
  • Choreoathetotic CP, didominasi oleh hiperkinesia dan hipotonia
  • CP Ataxia

Ataksia adalah hilangnya keseimbangan, koordinasi, dan kontrol motorik halus. Anak-anak ataksis tidak dapat mengoordinasikan gerakan mereka. Mereka hipotonik selama 2 tahun pertama kehidupan. Tonus otot menjadi normal dan ataksia menjadi jelas pada usia 2 sampai 3 tahun. Anak-anak yang bisa berjalan memiliki gaya berjalan yang lebar dan tremor intensi ringan (Dismetria). Ketangkasan dan kontrol motorik halus buruk. Ataksia dikaitkan dengan lesi serebelar. Ataksia sering dikombinasikan dengan spastik diplegia. Kebanyakan anak ataksia bisa berjalan tetapi beberapa membutuhkan alat bantu jalan.

CP Ataxic ditandai dengan gejala-gejala berikut:

  • Pola postur dan / atau gerakan yang tidak normal
  • Kehilangan koordinasi otot yang teratur, sehingga gerakan dilakukan dengan kekuatan, ritme, dan ketepatan yang tidak normal
  1. CP campuran

Anak-anak dengan jenis CP campuran biasanya mengalami spastisitas ringan, distonia, dan / atau gerakan athetoid. Ataksia mungkin merupakan salah satu komponen dari disfungsi motorik pada anak-anak dalam kelompok ini. Ataksia dan spastisitas sering terjadi bersamaan. Diplegia ataksik spastic adalah jenis campuran umum yang sering dikaitkan dengan hidrosefalus.

Masalah yang Sering Terjadi pada Anak-anak dengan CP

Perhatikan gambar otak berikut untuk memahami hubungan antara lokasi kerusakan dan gejalanya.

Intervensi dengan Cerebral Palsy

Tujuan dan jenis intervensi unik untuk setiap anak dengan Cerebral Palsy karena kebutuhan mereka berbeda-beda tergantung pada tingkat kecacatan. Tabel ini memberikan gambaran yang bagus tentang tujuan pengobatan / intervensi untuk setiap tingkat kecacatan.

Permasalahan pada Anak Down Syndrome

Down syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan oleh adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan, sehingga terjadi kelebihan kromosom 21, dalam hal ini 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kromosom menjadi 47. Sedangkan pada jumlah yang normal, hanya terdapat 2 kromosom 21 sehingga kromosom berjumlah 46 (Davidson dkk, 2006). Di Indonesia pada tahun 2015 sendiri terdapat sekitar 300 ribu kasus down syndrome yang meningkat dibandingkan 15 tahun yang lalu.

Anak down syndrome biasanya memiliki ciri fisik khas dan mudah dikenali. Selain ciri fisik, karakter khas yang dimiliki anak down syndrome yaitu mengalami retardasi mental dan memiliki taraf kecerdasan yang biasanya tergolong idiot dan imbesil (White, 1981). Anak down syndrome juga ada yang mengalami gangguan atau bahkan kerusakan pada system organ tubuh yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, pernafasan serta gangguan pada jantung yang dapat berakibat fatal.

Dampak dari faktor kecerdasan yang dimiliki anak down syndrome akan memengaruhi perkembangan lainnya dan salah satunya adalah perkembangan bahasa, anak down syndrome akan mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi dan mengekspresikan kebutuhannya secara verbal. Anak biasanya berkomunikasi dengan kalimat yang sederhana. Anak juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kalimat secara jelas, sehingga seringkali orang lain kurang mengerti dengan apa yang diungkapkan oleh anak.

Perkembangan motorik anak down syndrome baik kasar maupun halus mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan anak seusianya. Akibat yang muncul dari keterlambatan perkembangan motorik, bahasa dan kecerdasan anak down syndrome adalah hambatan dalam melakukan tiga area okupasi terapi yaitu: (1) activity daily living (aktivitas keseharian) seperti makan, mandi, minum, berhias dan lain-lain; (2) productivity (produktivitas) seperti belajar, menulis, bermain dan lain-lain; (3) leisure (pemanfaatan waktu luang) seperti olahraga, bermain dan lain-lain.

Melatih menggunakan alat tulis seperti pensil, crayon, spidol atau pulpen adalah cara yang paling tepat untuk memulai mengajarkan anak dengan kegiatan menulis. Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks yang mencakup gerakan tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Banyak sekali kemampuan yang terlibat ketika anak sedang meronce, menggunting, menggambar ataupun menulis kata sederhana. Selain harus mempunyai keterampilan motorik halus yang baik, anak membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, serta kemampuan otak untuk mengkoordinasikan mata dan tangan untuk menghasilkan coretan bermakna/tulisan.

Sebelum anak siap untuk menulis, ada baiknya guru memperkenalkan kegiatan untuk mendukung kemampuan menulis atau yang biasanya disebut kegiatan pra menulis yaitu anak dapat membuat bentuk dengan menggunakan alat tulis sesuai dengan ruang lingkup perkembangan (Departemen Pendidikan Kebudayaan 1997:4) mencakup:

  1. Menarik garis datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung
    berulang-ulang dengan alat tulis secara bertahap.
  2. Mencontoh bentuk silang (+ dan x) lingkaran, bujur sangkar, dan segi tiga secara bertahap.
  3. Mencontoh angka 1-10.
  4. Mencontoh bentuk-bentuk sederhana dengan diperlihatkan
    sekejap.
  5. Menggambar bentuk silang, lingkaran dan segitiga secara
    bertahap.
  6. Menggambar bebas dengan bentuk titik, garis lingkaran, segi
    empat, segitiga, dan bujur sangkar yang tersedia.

Hal tersebut adalah kemampuan yang harus dicapai anak usia prasekolah, dengan stimulasi yang baik dan berkasinambungan tentunya kemampuan anak dalam menulis akan semakin terampil dan antusias dalam menulis. Komponen yang dibutuhkan saat menulis adalah postur yang bagus saat duduk, kontrol leher yang kuat, bahu yang kuat untuk memfasilitasi gerakan lengan dan pergelangan tangan, manipulasi jari, visual spatial yang baik, visual field yang baik, persepsi yang baik, kontrol gerakan baik, atensi dan konsentrasi yang baik, praksis yang baik, koordinasi mata tangan yang baik.

Komponen yang dibutuhkan saat menulis adalah postur yang bagus saat duduk, kontrol leher yang kuat, bahu yang kuat untuk memfasilitasi gerakan lengan dan pergelangan tangan, manipulasi jari, visual spatial yang baik, visual field yang baik, persepsi yang baik, kontrol gerakan baik, atensi dan konsentrasi yang baik, praksis yang baik, koordinasi mata tangan yang baik.

Pada kondisi down syndrome pasien belum mampu melakukan
aktivitas menulis karena tonus otot pada bahu yang masih lemah sehingga
saat menulis gerakan pergelangan tangan belum leluasa. Pasien belum
mampu mempertahankan posisi tangan di atas meja dan posisi badan yang
tegak saat menulis. Pasien belum menguasai kemampuan pra-menulis.