Bahaya Baby Walker pada Anak

Pencapaian kemampuan berjalan anak berbeda-beda pada umumnya anak berjalan 12-15 bulan dan apabila anak bunda memberikan latihan menggunakan baby walker dapat mengakibatkan kelainan kaki pada anak, yaitu pada tulang paha karena saat posisi duduk di baby walker adalah duduk sambil mengangkang.

Selain itu beberapa dampak penggunaan baby walker yaitu mengganggu aktivitas motorik anak karena hanya melibatkan sebagian serabut motorik otot saja, menghambat kemampuan anak dalam menggulingkan badan, merangkak, dan merayap Padahal kemampuan tersebut merupakan tahapan bagi anak sebelum akhirnya anak bisa berdiri dan berjalan.

Pendapat inisejalan dengan perrnyataan Suryanto (2007), stimulasi dari orang tua dengan penggunaan Baby walker pada bayi juga dapat mempengaruhi perkembangan anak karena dapat menyebabkan anak tidak menggunakan otot panggulnya secara optimal, karena rangsangan baby walker hanya pada otot betis saja. Padahal untuk bisa berjalan dengan lancar dan benar, fungsi otot paha dan otot pinggul juga perlu dilatih.

Wirawan, Henny E (2009) menyebutkan bahwa keterlambatan berjalan bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kemampuan anak untuk mencoba yang rendah, bobot tubuh kurang atau berlebihan, trauma yang dialami anak saat mencaba berjalan, gangguan suatu penyakit dan stimulasi dari orang tua yang kurang tepat seperti penggunaan baby walker pada bayi.

Menurut Aditama (2007) pada anak usia 9-15 bulan merupakan awal dari kematangan organ tubuh bagian kaki. Kaki mulai dapat menahan beban tubuhnya meski keseimbangan belum dapat dicapai. Pada usia ini anak sudah dapat duduk dengan sempurna, mengubah posisi dari duduk ke tengkurap atau sebaliknya secara seimbang. Anak juga dapat merangkak dengan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Selain itu, anak sudah bisa berpegangan pada tepi sofa atau meja sebagai upaya untuk belajar berdiri. Di akhir tahun pertamanya, anak akan menunjukkan kemampuannya menggerakkan kaki dan melangkah sendiri untuk pertama kalinya.

Seharusnya yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah memberikan rangsangan sewajarnya, waktu yang tidak berlebihan dan mengikuti insting anak. Oleh karena itu sebaiknya orang tua tidak menggunakan baby walker untuk memindahkan tugas orang tua dalam melatih bayinya berjalan. Cara terbaik mengajar berjalan adalah dengan cara menatihnya dan membiarkannya belajar melangkah dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak dekat.

Mengenal Global Development Delay (GDD)

Global development delay (GDD) adanya penundaan yang signifikan pada dua/lebih domain perkembangan antara lain : personal sosial, gross motor (motorik kasar), fine motor (motorik halus), bahasa, kognitif dan aktivitas sehari-hari. Global development delay menjadi faktor utama dari sebagian besar neurodevelopmental disorder. Umumnya GDD terjadi dalam rentang usia 0 – 18 tahun. 1-3% anak di dunia rata-rata mengalami GDD dan mengakibatkan gangguan tumbuh kembang.

Evaluasi dan investigasi pada anak dengan global development delay mengungkapkan penyebab 50-70% dari kasus ini. Pada kasus ini dapat meninggalkan minoritas yang besar, jika dibandingkan dengan anak seusianya. Mulai dari terlambatnya kemampuan fungsionalnya hingga retardasi mental. Anak dengan global development delay bisa saja mengalami retardasi mental selain dari keterlambatan pada fungsionalnya, tapi tidak semua anak dengan GDD mengalaminya. Semua tergantung pada penyebab yang membuat kondisi anak mengalami keterbelakangan mental (Walters, 2010)

Apa, sih, penyebab dari GDD bisa jadi karena gangguan genetik atau kromosom seperti down syndrome. Bisa pula terjadi karena gangguan atau infeksi susunan saraf seperti cerebral palsy, sindrom Rubella atau spina bifida. Bayi yang lahir prematur, bayi berat lahir rendah, hingga yang mengalami sakit berat di awal kelahirannya dan membutuhkan perawatan intensif .tanda atau gejala yang bisa kita waspadai:

Perkembangan bahasa ekspresif

Anak yang mengalami GDD biasanya kurang memiliki kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda. Ini bisa terlihat pada usia 20 bulan. Orangtua juga harus waspada ketika setelah usia 24 bulan anak tidak mampu membuat frase yang bermakna. Dan ketika ia mencapai usia 30 bulan, orang tua masih tidak mengerti perkataan si kecil.

Perkembangan bahasa reseptif

Waspadai jika anak tidak merespon secara konsisten suara atau bunyi, misalnya tidak merespon ketika dipanggil. Di usia 20 bulan anak tidak mampu berbagi perhatian dan seringkali tidak menunjukkan ketertarikan pada orang lain. Setelah usia 30 bulan umumnya anak lebih suka mengulang atau membeo perkataan orang lain daripada membuat kalimat atau frase sendiri.

Perkembangan motorik kasar

Gerakan yang dibuat anak tidak seimbang, misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan tidak bisa selaras. Dan ketika bayi berusia lebih dari 6 bulan, refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) menetap. Umumnya juga anak memiliki gangguan refleks tubuh dan muncul gerakan yang tidak terkontrol.

Perkembangan motorik halus

Bayi yang mengalami GDD umumnya masih memiliki refleks menggenggam setelah usia 4 bulan. Dan di usia 1 tahun biasanya hanya 1 tangan yang mendominasi. Seringkali juga eksplorasi oral (memasukkan barang ke dalam mulut) masih sangat dominan setelah usia 14 bulan.

Perkembangan kognitif

Kita juga bisa mewaspadai adanya GDD ketika bayi di usia 4 bulan matanya sulit mengikuti gerak benda. Sementara ketika ia berusia 6 bulan, ia belum merespon sumber suara. Perhatikan juga ketika di usia 9 bulan bayi belum bisa babbling, dan belum dapat merangkai 3 kata di usia 36 bulan.

Perkembangan keterampilan sosial dan emosional

Gejala anak yang mengalami GDD juga bisa ditunjukkan ketika ia berusia 6 bulan jarang sekali tersenyum dan menunjukkan ekspresi senang lainnya. Ia pun jarang bersuara ketika mencapai usia 9 bulan, dan tidak merespon ketika namanya dipanggil saat mencapai usia 12 bulan. Anak yang mengalami GDD juga tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

GERAKAN-GERAKAN BRAIN GYM

Dibawah ini adalah gambar otak, bayangkan kita menghadap seseorang melihat otak orang tersebut. Belahan kiri aktif bila kita menggunakan badan sisi kanan. Belahan kanan aktif bila kita menggunakan badan sisi kiri.

Keterangan Gambar

  1. GERAKAN MENYEBERANGI GARIS TENGAH

a. Gerakan Silang ( Cross Crawl )

Gerakan ini menyilang antara gerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan tangan kiri bersamaan dengan kaki kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Untuk ”menyeberangi garis tengah”sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan. Fungsi : Gerakan menyeberangi ini membantu menggunakan kedua belahan otak secara bersamaan dan harmonis

b. Angka 8 Tidur

Gerakan ini membuat angka 8 tidur sebanyak 3 kali tiap tangan, kemudian 3 kali dengan kedua tangan. Fungsi : Bagi yang pelupa ( seperti lupa dengan apa yang hendak dikatakan atau membaca sampai halaman berapa ).

c. Coretan Ganda

Gerakan menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas, ke bawah. Fungsi : menumbuhkan bakat seni, merelakskan mata dan tangan, mempermudah menulis.

d. Gajah

Gerakan membuat belalai dengan menekuk lutut sedikit, letakan telinga di atas bahu dan rentangkan tangan lurus ke depan. Membayangkan tangan menjadi belalai gajah yang menyatu dengan kepala.
Fungsi : membuat mata dan leher menjadi relaks, menjadi pendengar yang baik.

e. Pernafasan Perut

Gerakan dengan meletakkan tangan di perut.Embuskan nafas pendek, lalu ambil nafas dalam dan hembuskan pelan-pelanseperti balon yang ditiup. Tangan mengikuti gerakan perut, naik waktu mengambil dan turun waktu membuang nafas. Bila punggung ditegakkan setelah mengambil nafas, udara akan bisa masuk lebih dalam lagi.

  1. GERAKAN MEREGANGKAN OTOT ( LENGTHENING ACTIVITIES )

a. Pompa Betis

Gerakan dengan memajukan badan ke depan dan buang nafas, pelan-pelan telapak kaki belakang ke lantai, kemudian angkat tumit ke atas sambil ambil nafas dalam. Ulangi 3x tiap kaki. Semakin maju, menekuk lutut depan, peregangan otot di betis belakang lebih terasa. Fungsi : membantu lebih semangat dalam belajar dan bergerak, kemampuan bekerja dalam media yang multi dimensi dan multi arah.

b. Pasang Kuda-kuda

Gerakan mulai dengan kaki terbuka. Arahkan kaki ke kanan dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk lutut kanan sambil buang nafas, lalu ambil nafas waktu lutut kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini ulangi 3x, kemudian ganti dengan kaki kiri. Fungsi : membantu konsentrasi pada apa yang sedang dikerjakannya, juga mengingat kembali apa yang dipelajari.

  1. GERAKAN MENINGKATKAN ENERGI ( ENERGY EXERCISE )

a. Menguap Berenergi

Gerakan memijat otot-otot di sekitar persendian rahang sambil membuka mulut seperti hendak
menguap. Atap impuls spontan menguaplah dengan bersuara untuk melemaskan otot-otot
tersebut. Fungsi : agar suara relaks, membantu menciptakan musik

b. Pasang Telinga

Gerakan ini memijit pelan-pelan daun telinga, 3x dari atas ke bawah.
Fungsi : membantu konsentrasi, mendengar suara sendiri waktu berbicara atau menyanyi.

  1. PENGUATAN SIKAP ( DEEPENING ATTITUDES )

a. Kait Relaksasi

Ada 2 tahap : Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan dan tangan kiri diatas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah, jari-jari kedua tangan salang menggenggam, kemudian tarik kedua tangan kea rah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata dan pada saat menarik nafas lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat mengembuskan nafas.Tahap kedua, buka silangan kaki dan ujung- ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus, di dada atau di pangkuan, saling bernafas dalam 1 menit lagi.

b. Titik positif

Gerakan menyentuh Titik Positif yang berupa dua tonjolan di tengah dahi.
Fungsi : merasa lebih tenang dan dapat berbuat sesuatu untuk menuju tujuan, mengurangi rasa tegang, takut dan kuatir.

”MAKIN LINCAH ANAK BERGERAK, MAKA MAKIN MAMPU BELAJAR ”

BRAIN GYM

Brain gym terdiri dari dua kata yaitu brain dan gym. Brain gym berasal dari bahasa inggris yang berati senam otak, braim gym merupakan serangkaian gerakan sederhana yang menyenangkan. Dalam sebuah studi mengenai otak kiri dan kanan serta intergrasi antar keduanya digunakan untuk memaksimalkan potensi. Didalam brain gym terdapat 3 dimensi, yaitu:

  1. Dimensi lateralis yaitu faktor yang mempengaruhi kemampuan koordinasi tubuh dan kemampuan motorik dasar
  2. Dimensi perfokusan kemampuan berkonsentrasi pada suatu bagian dan pengalaman membedakan dan membatasi dari bagian yang lainya melalui kesadaran kesamaan dan perbedaan dimensi pemusatan untuk mengatur emosional dan reflek tubuh
  3. Dimensi pemusatan ketidak mampuan pemusatan ditandai dengan ketakutan atau tidak mampu merasakan dan mengatakan emosi gerakan brain gym saat ini membuat relaks dan membantu menyiapkan anak untuk mengelolah informasi tanpa pengaruh emosi

Perkembangan dan fungsi otak manusia akan meningkat apabila pengasuhan anak usia dini dengan mengajarkan gerakan karena bagi anak sebuah gerak akan meningkatakan respon motorik

Dengan gerakan brain gym anak dapat belajar serta meningkatkan kepercayaan diri dan meningkatkan ketrampilan yang dimiliki

APA ITU ORAL MOTOR….??

Perkembangan Oral Motor ( oromotorik) adalah keterampilan makan, mencakup semua kegiatan yang menggunakan sistem gerak otot dari oral cavity (rongga mulut), seperti rahang, gigi, lidah, langit-langit, bibir, dan pipi, termasuk koordinasi gerak di antara organ-organ rongga mulut ini.

Acuan perkembangan

Sebelum lahir

– Diusia kandungan 36 Minggu Reflek Menghisap dan reflek menyusu sudah mulai berkembang

 Setelah lahir

  • 0-3 bulan : Saat baru lahir, bayi diberi refleks sebagai bekal untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu kemampuan refleks tersebut adalah aktivitas oral, seperti ketika bunda menempelkan jari di pipi kanan, ia akan menoleh ke kanan. Anak juga memiliki refleks menelan yang didahului dengan pengisapan. Di usia ini, gerakan rahang, lidah, dan bibirnya masih merupakan satu kesatuan, tidak bergerak sendiri-sendiri.
  • 4-6 Bulan : Pada usia ini, sedang mengalami proses peralihan dari mengonsumsi ASI saja hingga ditambah MPASI. Awalnya, ia mengalami kesulitan menelan makanan, namun ia akan belajar menyedot makanan dan menelannya. Rahang, lidah, dan bibirnya masih bergerak sebagai satu kesatuan. Anak kerap menjulurkan lidahnya.
  • 7-9 Bulan : Anak mulai terbiasa dengan makanan padat. Ia akan belajar mengatupkan mulut dari samping dan bagian ujung bibir, serta bisa menggerakkan rahang secara independen. Artinya, jika rahangnya bergerak, lidah dan mulutnya tidak otomatis ikut bergerak. Ia juga sudah bisa mengambil makanan dari sendok dengan bibir atasnya dan ‘menyapu’ makanan dengan bibir bawahnya. Anda pun bisa mulai mengajarinya minum dari gelas atau cangkir.
  • 10-12 Bulan : Anak  sudah semakin lancar minum dari gelas. Gerakan rahang yang naik-turun saat minum dari gelas juga sudah mulai berkurang. Ia mulai menggunakan gigi seri untuk membersihkan bibir bagian depan dan mampu menutup mulut setelah menelan makanan atau air minum. Gerakan mengunyahnya juga sudah terkontrol.
  • 18 – 24 bulan : Makan sendiri dengan sendok tapi mungkin masih dengan bantuan, kemampuan makan sudah mulai matang dan berantakan mulai berkurang.
  • 24 – 36 bulan : Makan dengan menggunakan sendok untuk menyuapi diri sendiri, mengembangkan perkembangan rahang, mengelola olus makanan, mengunyah dengan mulut tertutup, makan dengan makanan yang bertektur keras dan padat seperti sayur mentah, buah keras , daging dan makanan yang di goreng dll.

Adapun Gangguan Oral Motor

  1. Anak yang mengalami hipersensitif terhadap rangsangan oral. Ini yang menyebabkan mereka muntah, menolak atau memiliki reaksi kuat lainnya terhadap jenis makanan tertentu.
  2. Anak yang mengalami hiposensitif, atau kurang responsif. Mereka tidak merasakan makanan di mulut mereka, dan membiarkannya keluar tanpa menyadarinya.
  3. Anak sulit mengisap ASI, berlebihan ngeces atau mengeluarkan air liur, mengulum makanan untuk waktu yang lama bagi anak yang sudah mendapatkan MPASI.
  4. Anak kesulitan mengunyah, makanan atau minuman selalu keluar saat mengunyah, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghabiskan makanan, dan anak sering merasa tertekan serta menghindar saat makan tiba.

Treatment untuk gangguan oral motor dari segi Fisioterapi adalah dengan di berikannya Oral terapi dengan sentuhan bagian mulut menggunakan tooth brush

  1. Sentuhan 3 titik pada area pipi bagian dalam , kanan dan kiri.
  2. Sentuhan area lidah diawali titik tengah , geser 3 titik ke samping kanan, kiri dan depan.
  3. Sentuhan area bawah lidah diawali titik tengah , geser 3 titik ke samping kanan , kiri dan depan.
  4. Sentuhan area langit-langit diawali titik tengah , geser 3 titik ke samping kanan kiri dan depan.

Gangguan Makan dan Menelan / Disfagia

Disfagia berasal dari bahasa yunani, dys (kesulitan atau gangguan), phagia (makan).
Jadi disfagia adalah gangguan atau kesulitan makan dan berhubungan dengan proses menelan.

Definisi lain yang lebih luas menyertakan semua perilaku sensorik, persiapan motorik untuk menelan, termasuk kesadaran kognitif untuk makan, pengenalan visual makanan, dan semua tanggapan fisiologis terhadap bau /penciuman dan kehadiran air liur pada saat makan (Leapold & Kagel, 1996).

Disfagia adalah gangguan menelan yang dapat terjadi saat menelan pada fase yg berbeda-beda.

Penderita disfagia memiliki kesulitan menelan dan juga dapat mengalami rasa sakit/nyeri ketika menelan.

Beberapa orang dapat mengalami kondisi dimana mereka tidak dapat menelan sama sekali atau memiliki kesulitan untuk menelan cairan, makanan, ataupun air liur.

Proses makan menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Seringkali disfagia membuat pemenuhan kebutuhan kalori dan cairan tubuh menjadi sesuatu yang sulit.

Apa Bedanya Gangguan Makan dan Gangguan Menelan?

Disfagia lebih fokus ke menelannya
Gangguan Makan (Feeding Problem): lebih fokus ke proses makannya yang bisa disertai dengan disfagia atau tidak.

Disfagia biasanya disebabkan karena neurologis

Feeding problem disebabkan karena sensory processing atau oromotor function

Gangguan Makan (Feeding Problem) adalah kesulitan mengumpulkan makanan, kesulitan dalam menghisap, mengunyah, atau menelan. Misalnya, seorang anak yang menolak makanan untuk dimasukkan ke dalam mulut atau ketidakmampuan untuk menutup bibir agar makanan tidak jatuh dari mulutnya mungkin merupakan ciri dimana anak memiliki gangguan makan.

Terdapat 4 Fase Dalam Proses Menelan

Fase Preparatori Oral: fase dimana makanan dimanipulasi di dalam mulut dan dikunyah bila perlu untuk mengubah konsistensi material menjadi konsistensi yang dapat ditelan

Fase Oral: fase dimana lidah mendorong makanan ke belakang sampai kepada inisiasi reflek menelan

Fase Pharyngeal: fase dimana inisiasi reflek menelan pharyngeal terjadi dan bolus bergerak melalui faring

Fase Esophageal: fase dimana gerakan peristaltis esofagus membawa bolus ke lambung